SAMPIT – Sumiati,korban pembunuhan sadis di tengah perkebunan buah kelapa sawit, Desa Bukit Batu, tak ingin mati sia-sia. Wanita berusia 33 tahun itu berusaha tetap hidup dengan melakukan perlawanan menjelang kematiannya.
Jejak perlawanan itu ditemukan penyidik Polres Kotim dari luka di tubuhnya. ”Dari siku tangan kiri korban, ada bekas sayatan. Tandanya korban sempat memberikan perlawanan dengan cara menangkis,” kata Kasat Reskrim Polres Kotim AKP Samsul Bahri, Senin (5/2).
Sumiati dibunuh bersama bosnya, Himawan Barnarda Chandra (48), Minggu (4/2). Dia ditemukan tewas di parit dengan luka akibat sabetan senjata tajam di bagian leher kanan. Kondisi bosnya ditemukan lebih parah. Jasad Himawan hangus terbakar di dalam mobil pikap putih bernopol B 9792 GAC yang ditumpanginya.
Menurut Samsul, jenazah Himawan tak bisa diautopsi lantaran luka bakar di tubuhnya mencapai 99 persen. Autopsi hanya dilakukan terhadap jenazah Sumiati. Ada bekas luka tusukan di tubuhnya.
”Dokter forensik tidak bisa melakukan autopsi jenazah Himawan karena tubuh korban sudah rapuh akibat terbakar di dalam pikap itu,” tutur Samsul.
Samsul menuturkan, tubuh Himawan masih tersisa karena turun hujan. ”Jika tidak ada hujan, mayat tersebut bisa-bisa jadi abu,” kata Samsul.
Lebih lanjut Samsul mengatakan, Polres Kotim sudah memeriksa sebelas saksi dalam kasus itu. Upaya pengungkapan kasus juga dilakukan dengan melibatkan Puslabfor Mabes Polri Surabaya yang akan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di mobil pikap yang terbakar tersebut.
”Kami masih melakukan pengembangan kasus dulu. Selasa (6/1), Puslabfor dari Surabaya akan datang untuk melakukan olah TKP,” katanya.
Aparat belum menemukan motif pembunuhan tersebut. Termasuk nilai uang yang hilang dari dalam pikap. Sejumlah kalangan menduga, pembunuhan sadis itu dilakukan terencana dan dilatarbelakangi dendam. Pasalnya, cara pembunuhan terhadap Himawan tergolong sadis, dibakar bersama mobil yang ditumpanginya. (rm-85/ign)