MENJELANG tahun politik seperti sekarang membawa berkah bagi bisnis percetakan. Calon peserta pemilu akan ramai memesan kaos, spanduk, baliho, dan kartu nama.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
SEORANG pria muda tampak sibuk mengarahkan karyawan-karyawannya. Dia mondar-mandir dari ruangan satu ke ruang yang lain. Demikian halnya dengan karyawannya, nyaris tak bersuara. Hanya suara mesin cetak dan mesin bordir saling bersahutan.
Di meja depan sejumlah karyawan wanita sibuk mencatat pesanan pelanggan. Pun demikian di ruang percetakan, karyawan laki-laki juga tampak disibukan dengan mesin besar pencetak baliho itu.
”Pesanan bapak (pelanggan) yang kemarin sudah dikerjakan?” tanya pria itu ke salah seorang karyawannya.
”Sudah pak, sudah dikemas dan tinggal menunggu beliau mengambil,” jawab salah seorang karyawati yang dari tadi terlihat sibuk dengan pulpen dan nota.
Begitulah hiruk-pikuk suasana kerja jasa percetakan di Jalan Pemuda Sampit, Rabu (2/5). Riskon Fabiansyah, pengelolanya, mengaku mulai disibukan menjelang pemilihan umum serentak 2019 nanti.
”Alhamdulillah, sudah mulai banyak pesanan. Banyak yang pesan kalender, spanduk, kaus dan atribut lainnya,” kata pria yang akrab disapa Eko Syailendra ini.
Adanya peningkatan pesanan ini sudah mulai terjadi sejak dua bulan terakhir. Eko memperkirakan tren peningkatan akan terus terjadi hingga puncaknya menjelang pemilu serentak 2019 nanti.
Diakui Eko, lumayan ”ngeri” mengerjakan pesanan dari para konstestan terutama calon legislatif yang bertempur di daerah. Risikonya bisa jadi utang yang tak terbayar. Apalagi bila caleg yang memesan kalah alias gagal dalam kontes mencari perwakilan rakyat tersebut.
”Memang ada, dari pileg dulu saja sampai sekarang masih ada yang belum bayar. Lumayan bisa buat beli dua unit sepeda motor,” tutur Eko sambil tertawa kecil.
Kendati demikian, Eko menilai tersebut bukan sebagai ancaman. Melainkan sudah risiko bisnis yang harus dikelola untuk antisipasi agar lebih baik.
”Untuk meminimalisasi hal itu memang harus ekstra hati-hati. Makanya harus diminta uang muka dulu setiap pesanan. Paling tidak harus bayar 50 persen dari total harga. Ini soal bisnis. Kalau tidak seperti itu, bisa bangkrut,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan, Eko sudah menyiapkan stok bahan yang diperkirakan banyak dipilih pelanggan. Selain atribut bernuansa politik, permintaan pakaian olahraga dari instansi pemerintah juga meningkat.
Menyoal peluang usaha percetakan dan konveksi, menurut pria yang juga Ketua DPD AMPI (Dewan Perwakilan Daerah Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) Kotim ini menilai masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi dan pesatnya kemajuan Kotawaringin Timur, berimbas pada meningkatnya permintaan produk-produk percetakan.
Kendala saat ini masih berkutat di ketatnya persaingan. Sehingga masing-masing pelaku usaha menerapkan standar harga berbeda. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi pelaku usaha yang baru merintis dengan modal terbatas.
Untuk menghadapai situasi itu, pelaku usaha harus terus melakukan inovasi agar dapat menarik minat pelanggan. Dengan ketekunan, Eko yakin pelaku usaha bisa terus bertahan, berkembang dan maju.
Di sisi lain, pemilu serentak memang baru akan dilaksanakan tahun 2019 nanti, namun geliat politik mulai terasa. Partai politik makin gencar melakukan rapat konsolidasi sehingga memerlukan atribut seperti kaus, kemeja, spanduk, bendera, baliho dan lainnya.
Tokoh-tokoh yang diprediksi akan maju dalam pemilu legislatif, juga mulai gencar menyosialisasikan diri. Dari mereka, berbagai pesanan datang seperti kalender, brosur, stiker dan lainnya sebagai bentuk sosialisasi diri. (***)