NANGA BULIK – Masyarakat yang tinggal di wilayah pedalaman terbiasa dengan harga bahan bakar minyak (BBM) yang tinggi. Padahal, BBM yang diperoleh bersubsidi. Hal itulah yang dinilai tidak adil, karena masyarakat di kota bisa beli BBM dengan harga murah, sementara di pelosok harus bayar lebih mahal berkali lipat.
Hal itu membuat Pemerintah Pusat meluncurkan program BBM satu harga mulai 1 Januari 2017. Harga BBM untuk jenis premium, minyak tanah, dan solar subsidi akan sama di seluruh wilayah NKRI.
Desa Nanga Belantikan, Kecamatan Belantikan Raya, Kabupaten Lamandau, jadi salah satu lokasi titik pembangunan program tersebut. Peresmian operasional perdana SPBU Kompak tersebut dilakukan Komite BPH Migas Hari Pratoyo, Kamis (13/9).
”Program BBM satu harga di seluruh Indonesia merupakan upaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam memberikan keadilan bagi masyarakat Indonesia yang berada di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)," ujar Hari Pratoyo.
Tingginya harga BBM di wilayah 3T, lanjutnya, biasanya karena tidak ada lembaga penyalur resmi di wilayah tersebut. Karena itu, dia berharap keberadaan SPBU itu bisa dijaga dan diawasi bersama. Jangan sampai ada oknum yang tidak berhak memanfaatkan energi berkeadilan tersebut.
”Semoga pendistribusian BBM di Nanga Belantikan dapat berjalan lancar, walaupun memang tantangannya adalah jauhnya lokasi dan insfrastruktur jalan yang masih kurang bagus, sehingga diharapkan dukungan semua pihak juga untuk perbaikan infrastruktur agar tidak sampai menghambat pendistribusian BBM,” harapnya.
Diharapkan masyarakat Lamandau bisa menikmatinya dan kebutuhan BBM di Lamandau dapat terpenuhi. Jangan sampai terjadi kelangkaan akibat kekosongan stok. Pemilihan titik pembangunan berdasarkan pertimbangan usulan wilayah, yakni berada di daerah yang tergolong 3T dan kesiapan investor.
”Yang penting bisa terdistribusi dan termanfaatkan masyarakat luas. Jangan sampai ada anggapan yang penting ada barangnya, harga mahal pun dibeli. Kami ingin menghapus itu, sehingga ke depan kami akan membina oknum masyarakat yang membuka penjualan BBM ilegal,” pungkasnya.
Marketing Branch Manager Kalbarteng PT Pertamina (Persero) Teuku Johan Miftah mengatakan, diresmikannya SPBU di Kecamatan Belantikan Raya merupakan realisasi program lembaga penyalur BBM 1 harga adalah berkat dukungan semua pihak. Yakni Pemkab Lamandau yang mempermudah pengurusan perizinan, serta pengusaha yang bersedia membangun SPBU di wilayah 3T.
”Tujuannya, agar masyarakat desa Nanga Belantikan dan sekitarnya dapat merasakan BBM satu harga. Menjangkau wilayah yang jauh dari sentra ekononi utama, sehingga masyarakat pelosok juga merasakan solar dan premium dengan harga yang sama dengan harga kota,” ujar Johan.
Dia menuturkan, sejak diluncurkan tahun 2017 hingga 2019 nanti, ada target 150 titik tambahan penyalur BBM 1 harga di wilayah 3T pada 2017-2019. SPBU di Nanga Belantikan itu merupakan titik ke-16 yang diresmikan di tahun 2018 atau titik ke-70 sejak 2017. Di hari yang sama, Pertamina juga meresmikan di Kalimantan Utara.
”SPBU ini mendapat suplai BBM dari Kumai, Pangkalan Bun, dengan jatah 50 ribu liter premium dan 50 ribu liter solar per bulan ," tambahnya.
Diharapkan semua pihak bisa ikut mengawasi agar penyaluran BBM tepat sasaran dan dapat dinikmati masyarakat dengan harga yang sesuai ketentuan.
Pj Bupati Lamandau Katma F Dirun juga menyatakan kebanggaannya. Kini, di pelosok Lamandau telah berdiri SPBU baru untuk melayani kebutuhan warga pedalaman. Dia juga mendorong berdirinya SPBU-SPBU baru.
”Sebab, saat ini di Lamandau baru ada satu SPBU dan satu APMS. Tambah sekarang jadi total hanya ada 2 SPBU. Tentu sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menyalurkannya hingga ke seluruh wilayah Lamandau yang luas,” tandasnya. (mex/ign)