NANGA BULIK – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamandau kesulitan melakukan pendataan para korban banjir. Penyebabnya, tim lapangan masih kesulitan menuju lokasi akibat putusnya sejumlah jalan akibat rendaman banjir yang cukup tinggi, Rabu (1/5).
Bahkan, tim BPBD harus berjalan dengan kondisi kepala nyaris terendam air ketika menyusuri genangan banjir untuk mencapai desa terdampak bencana itu. Salah satunya di Desa Nanga Belantikan.
”Di kawasan hulu ada sebagian yang sudah surut. Tinggal di bagian tengah dan bawah, karena curah hujan yang masih tinggi, sehingga status kewaspadaan masih dipertahankan,” Kepala pelaksana BPBD Lamandau, Tiryan Kuderon.
Sementara itu, Bupati Lamandau Hendra Lesmana mengatakan, pihaknya telah memerintahkan BPBD, Dinsos, dan camat mendata warga yang terdampak banjir untuk mendapat bantuan.
”Kami harapkan pendataan bisa dilakukan secepatnya, sehingga bantuan bisa segera dikirim. Sebelumnya pendataan terhalang jalan yang putus, sehingga petugas tidak bisa sampai ke lokasi,” kata Hendra.
Monitoring dan pengecekan kawasan terdampak banjir yang telah dilakukan Bupati, yaitu Desa Bunut dan Desa Sungai Mentawa Kecamatan Bulik. Hasil monitoring dan pengecekan, di Desa Bunut terdapat enam kepala keluarga terendam banjir 50-100 sentimeter dan Desa Sungai Mentawa terdapat 35 kepala keluarga terendam banjir setinggi 70 – 120 sentimeter.
Kemudian, lanjutnya, hasil pemeriksaan tim kesehatan, sebanyak 25 orang mengalami gangguan kesehatan, yaitu di Desa Bunut 5 orang dan Desa Sungai Mentawa 20 orang. Warga yang mengalami gangguan kesehatan diperkirakan karena kurang istirahat dan depresi akibat selalu siaga, takut banjir bertambah tinggi.
Selain melaksanakan pemeriksaan kesehatan, pemerintah juga membagikan roti dan susu balita. Dari laporan berbagai pihak, ada yang menyebutkan sejumlah warga mulai mengungsi di Desa Sungai Mentawa.
Selain itu, di beberapa titik di ibu kota kabupaten, tepatnya di wilayah Kelurahan Nanga Bulik, mulai terendam banjir. Di RT 12 Jalan Gaharu, terdapat lima kepala keluarga yang terendam sekitar satu meter. Di RT 10, sebanyak 12 kepala keluarga terendam hingga ketinggian satu meter.
Lalu, di RT 4C Jalan H Rudi terdapat empat kepala keluarga yang terendam banjir sedalam 80 sentimeter, di Jalan Batu Batunggui terdapat 2 kepala keluarga terendam sedalam 50 sentimeter, RT 8 terdapat 20 kepala keluarga terendam 1 meter, dan RT 01 ada 5 kepala keluarga juga mulai terendam banjir.
Tanggap Darurat
Sementara itu, Pemkab Gunung Mas bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) melaksanakan rapat koordinasi (rakor) siaga darurat bencana banjir. Berdasarkan laporan, bencana banjir merendam sejumlah desa/kelurahan di sebelas kecamatan. Bahkan, ada juga yang mengalami bencana tanah longsor.
”Hampir semua kecamatan terendam banjir akibat meluapnya Sungai Kahayan, Rungan, dan Manuhing. Ribuan rumah warga terendam. Dengan demikian, kami menetapkan status Gumas menjadi tanggap darurat bencana banjir, untuk mengoptimalkan penanganan para korban,” tegas Bupati Gumas Arton S Dohong, Selasa (30/4).
Dia menuturkan, desa/kelurahan yang terendam banjir tersebar di Kecamatan Kurun, Mihing Raya, Sepang, Tewah, Kahayan Hulu Utara, Damang Batu, Rungan Hulu, Rungan, Rungan Barat, Manuhing, dan Manuhing Raya. Satu-satunya kecamatan yang tidak terendam banjir adalah Miri Manasa.
”Hanya saja, salah satu desa di Miri Manasa terjadi longsor. Beruntung, tidak menimbulkan korban jiwa. Longsor yang terjadi memang tidak sampai merusak badan jalan. Namun, dikhawatirkan apabila hujan kembali turun, akan merusak badan jalan,” tuturnya.
Dia menambahkan, bencana alam di Gumas juga mengakibatkan berbagai aktivitas masyarakat terganggu. Dia meminta kepada seluruh camat, lurah, dan kepala desa (kades), segera membuat laporan data penduduk yang terkena dampak bencana banjir.
”Data yang telah dikumpulkan tersebut, nantinya bisa langsung disampaikan ke BPBD atau melalui posko siaga bencana banjir yang kami bentuk, sehingga pemerintah bisa segera memberikan bantuan,” ujarnya.
Dia menegaskan, proses pendataan yang dilakukan harus benar-benar sesuai kondisi di lapangan, yakni data penduduk yang mengalami bencana banjir. Nantinya, data tersebut akan diverifikasi kembali, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran, serta dapat meringankan beban warga yang terkena musibah.
”Sampai saat ini, bencana banjir dan tanah longsor tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Namun, kami tetap meminta kepada warga agar selalu waspada dan jangan lengah,” pungkasnya. (mex/sla/arm/ign)