SAMPIT – Sejumlah titik di Kota Sampit masih rawan banjir. Hal itu disebabkan bangunan yang berdiri semrawut dan melanggar estetika lingkungan, sehingga drainase mengecil. Warga di bermukim di Jalan HM Arsyad, A Yani, dan MT Haryono diminta waspada apabila hujan dengan curah hujan tinggi terjadi di Sampit.
”Lokasi titik banjir tersebut drainasenya bermuara ke sungai, seperti Sungai Mentawa dan Sungai Pamuatan. Biasanya drainase yang bermuara ke sungai jalannya tidak lancar karena di bantaran sungai terdapat perumahan,” kata Slamet Giartono, Kasi Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kotim, Jumat (12/2).
Menurut Slamet, banyaknya bangunan rumah toko membuat saluran drainase tertutup, sehingga aliran air tidak lancar. Dinas PU sudah berencana membenahi saluran drainase di daerah Jalan MT Haryono dan HM Arsyad. Meski begitu, daerah muara sungai belum bisa dibenahi karena perlu dilakukan pembongkaran total dan relokasi perumahan.
Hal tersebut, lanjutnya, memerlukan proses panjang dengan anggaran besar. ”Perlu dana yang tidak sedikit untuk pembenahan drainase ini. Total yang disiapkan pemerintah untuk menangani drainase tahun ini sekitar Rp 10-15 miliar. Padahal, jumlah idealnya adalah Rp 30-50 miliar,” katanya.
Lebih lanjut Slamet mengatakan, pencegahan banjir yang dilakukan pihaknya saat ini hanya pembersihan drainase. Terutama di daerah Baamang, yakni kawasan Cristopel Mihing dan Walter Conrad. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat berat. Selain itu, peran warga juga diperlukan. Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran peduli lingkungannya.
”Jangan lupa untuk melaksanakan kerja bakti kampung, jangan buang sampah sembarangan dan usahakan tidak menyimpan material atau bahan bangunan di atas parit, karena akan menutup saluran drainase. Selama musim hujan, terus perhatikan lingkungan sekitar,” tandasnya. (rm-72/ign)