SAMPIT – Kasus pembunuhan terhadap Nur Fitri (24) masih diselimuti tabir misteri meski dua tahun lebih gadis itu berpulang secara tak wajar. Aparat kepolisian dinilai gagal mengungkap kasus tersebut meski ada sejumlah titik terang yang mengarah pada pelaku.
Jasad Fitri ditemukan di pinggir Jalan Pramuka, Sampit, 14 Oktober 2017 silam. Bagian wajahnya berdarah dan ada bekas luka akibat hantaman benda tumpul. Diduga kuat dia merupakan korban pembunuhan.
Fitri merupakan istri At, pengusaha tongkang. Dalam kasus itu, At juga diperiksa penyidik kepolisian, termasuk karyawan, mantan karyawan At, dan teman Fitri.
”Sampai saat ini kami mempertanyakan mengapa sulit sepertinya kasus Fitri diungkap, karena ini sudah dua tahun," kata pengamat hukum dan politik di Kotim Bambang Nugroho.
Bambang mengharapkan agar kasus Fitri tak menghilang begitu saja meski sudah dua tahun berlalu. Kasus itu harus diungkap dan pelakunya diseret ke meja hukum. ”Termasuk jika pimpinan Polres Kotim atau penyidik berganti, harus tetap dilanjutkan proses penyelidikannya,” kata dia.
Dia meminta aparat tetap berkomitmen mengungkap kasus itu dan menjadikannya sebagai atensi. Bambang sepakat jika kasus kematian Fitri diambil alih penyidik Polda Kalteng atau Mabes Polri apabila penyidik Polres Kotim kesulitan mengungkapnya.
”Pada prinsipnya, kasus besar itu tetap jadi perhatian publik dan menunggu bagaimana endingnya nanti,” ujarnya.
Catatan Radar Sampit yang menelusuri jejak kasus tersebut, berdasarkan keterangan pembantu Fitri, Tina, dia mengaku diberi tahu suami Fitri, At, bahwa istrinya melompat keluar dari dalam mobil hingga tewas. Hal ini senada dengan yang disampaikan At pada penyidik.
Namun, pengakuan At pada Tina tak sesuai dengan pengakuannya kepada keluarga korban. Paman Fitri, Sahuri, mengungkapkan, At mengaku Fitri tak meninggal karena melompat dari mobil. Fitri turun dengan sendirinya dan menghilang begitu saja. Sahuri mengaku sempat tak percaya dengan keterangan At.
Radar Sampit saat itu langsung mendatangi lokasi jenazah Fitri pertama kali ditemukan di Jalan Pramuka, sekitar dua kilometer dari permukiman penduduk ke arah barat dari Jalan Tjilik Riwut.
Mayat pertama kali ditemukan dengan posisi menghadap ke atas. Dua tangannya bersedekap. Kaki kanannya menekuk. Kepalanya berlumuran darah. Hasil visum dokter menyatakan, Fitri tewas karena hantaman benda tumpul.
Pengamatan koran ini, tak ada tanda-tanda bekas goresan akibat benturan atau gesekan aspal maupun tanah di celana korban. Saat pertama kali ditemukan tewas, sepatu Fitri juga telah tertata di sebelah kiri korban. Beberapa sentimeter di dekat tangan kiri korban.
Di bekas TKP juga tak ada tanda-tanda ditemukan goresan atau bekas gesekan dengan sesuatu. Hanya rumput dan alang-alang yang berantakan akibat tertimpa tubuh korban. Fakta itu diyakini masyarakat bahwa Fitri tewas dibunuh dan mayatnya dibuang di pinggir jalan. Kemudian, pelaku mencari akal untuk menciptakan alibi.
Berdasarkan informasi pihak kepolisian, yang terakhir kali bersama Fitri adalah suaminya, AT. Fakta ini juga tersebar di tengah masyarakat Sampit, yang kemudian menimbulkan asumsi, penetapan tersangka sebenarnya sudah bisa dilakukan. (ang/ign)