SAMPIT – Politik identitas diprediksi akan dimainkan lebih keras dalam Pilkada Kotim. Apalagi calon yang akan bertarung berasal dari berbagai latar belakang. Hal itu jadi peluang bagi oknum politikus untuk menyerang identitas lawan politiknya dari sisi suku, agama, dan latar belakang lainnya.
”Saya cenderung melihat politik identitas dan kampanye negatif akan lebih sporadis dibanding pilkada sebelumnya,” kata pemerhati Politik Kotim Bambang Nugroho, Senin (3/8).
Menurutnya, realitas politik yang terjadi di pesta demokrasi 2020 menjadi etalase eksploitasi politik identitas. Apabila aparat tidak tegas kepada siapa pun nanti yang menggunakan isu SARA sebagai senjata, tidak menutup kemungkinan akan ada gesekan keras di lapangan. Tentunya tensi pilkada jauh berbeda dibanding dengan pemilu legislatif tahun lalu.
”Pilkada ini pendukung lebih fanatik. Apalagi kalau calon hanya dua, itu lebih panas, karena fokus perhatian hanya pada kedua calon itu. Tidak ada pemecahnya, sehingga segmentasi di kalangan masyarakat juga ada dua itu saja,” tutur Bambang.
Bambang menyebutkan, politikus yang memainkan identitas merupakan politikus hitam. Mereka menyadari politik identitas menjadi instrumen yang sangat ampuh dan murah untuk memobilisasi massa dan suara.
”Jadi, karena ini cara politik murah dan bisa dilakukan karena ada sasaran, ada marketnya di segmentasi masyarakat, maka yang terjadi ya akan terus digoreng secara masif. Mereka tak perduli dengan warganya yang siang malam saling serang soal itu dan inilah pola politikus hitam,” kata Bambang.
Bambang menambahkan, segmen yang jadi sasaran politik identitas merupakan masyarakat akar rumput. ”Politik identitas bukan hanya agama, tapi ras, suku, dan sebagainya. Ini yang perlu diantisipasi agar masyarakat tidak lagi terbawa politik identitas yang sangat rentan menimbulkan perpecahan. Bawaslu harus bekerja lebih keras untuk menyemprit oknum-oknum itu,” ujarnya.
Sementara itu, dalam waktu dekat ini Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dipastikan akan menerbitkan rekomendasi kepada Suprianti Rambat. Informasi itu setelah DPP PKB memfinalisasi nama Suprianti sebagai jagoan PKB bersama Gerindra di Pilkada Kotim.
”PKB Kotim sampai detik ini tidak ada perubahan, tetap mengusung Suprianti sesuai surat persetujuan DPP PKB atas pengusungan,” kata Ketua DPC PKB Kotim Sohibul Hidayat.
Menurut Sohibul, sejauh ini prosesnya hanya tinggal menunggu rekomendasi turun, sehingga dipastikan PKB akan berkoalisi dengan Gerindra. PKB dengan jumlah empat kursi ditambah Gerindra lima kursi layak mengusung calon bupati dan wakil bupati Kotim. (ang/ign)