PALANGKA RAYA – Bakal calon gubernur dan wakil gubernur Ben Brahim – Ujang Iskandar memiliki misi berat untuk menumbangkan petahana, Sugianto Sabran – Edy Pratowo. Meski demikian, misi itu bukan mustahil apabila jaringan dan kekuatan politik istri penantang yang juga terjun di dunia yang sama masuk arena pertempuran.
Di atas kertas, Sugianto-Edy memiliki banyak keunggulan. Selain sebagai petahana, pasangan itu disokong sejumlah partai politik dengan basis massa yang sangat besar, yakni PDIP, Golkar, NasDem, PKB, PAN, PKS, PPP, dan Perindo. Sementara Ben-Ujang hanya didukung tiga partai politik, yakni Demokrat, Gerindra, dan Hanura.
Pengamat Politik dari Fisipol Universitas Muhammadiyah Palangka Raya Farid Zaky mengatakan, keunggulan petahana memang tak bisa dimungkiri. Pasangan itu mempunyai intensif elektoral lebih tinggi dari pesaingnya. Hal itu berlaku nyaris di semua daerah.
Meski penantang juga memiliki modal yang mumpuni, tetapi tidak sekuat atau semewah petahana. Menurut Zaky, petahana memiliki modal sosial, publik, popularitas, bahkan telah membangun jaringan sangat kuat di akar rumput selama menjabat. Karena itu, penatang harus mampu menunjukkan strategi jitu yang tak dimiliki petahana agar suaranya tak babak belur digerus.
”Petahana punya jaring publik, birokrasi, dan lainnya. Sudah sangat mengakar di berbagai bidang selama kepemimpinan lima tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan juga bisa disalip, asalkan penantang memiliki perbedaan dari yang lain,” ujarnya.
Lebih lanjut Zaky mengatakan, secara umum pasangan Ben-Ujang memiliki pengalaman birokrat yang sangat mumpuni. Di sisi lain, selain mempunyai basis pendukung dari partai politik pengusung, istri mereka yang juga terjun di dunia politik bisa berperan besar mendongkrak suara.
Ben memiliki seorang istri yang duduk di DPR RI, yakni Ary Egahni S Bahat. Politikus NasDem itu terpilih dalam Pemilihan Legislatif 2019 lalu dengan raihan suara 77 ribu lebih. Bahkan, perolehan suaranya menempati urutan ketiga tertinggi di Kalteng. Sementara Yustina, istri Ujang Iskandar, merupakan anggota DPD RI yang terpilih dengan perolehan suara 89.584.
Kekuatan politik istri Ben-Ujang bisa berperan besar mewujudkan misi berat menumbangkan petahana. Peluang itu dinilai sangat terbuka lebar.
”Untuk peluang ada. Ingat, kondisi saat ini berbeda seperti sebelumnya. Apalagi dalam kondisi Covid-19. Apa yang ditawarkan penantang akan ditunggu-tunggu oleh publik,” jelasnya.
Zaky menuturkan, peta politik Ben-Ujang sangat bagus, karena keduanya melangkah dari bawah hingga menjadi kepala daerah di tingkat kabupaten. Ben merupakan Bupati Kapuas dua periode. Demikian pula dengan Ujang yang pernah menjabat Bupati Kobar selama dua periode.
Di sisi lain, masa pandemi Covid-19 membuat strategi para calon rusak, sehingga harus diatur ulang dan komunikasi politik sempat tidak jalan. ”Karena Covid, prioritas masyarakat bukan pemilu, tetapi bagaimana melewati hantaman Covid ini. Maka itu, Ben bisa mengkapitalisasi Kalteng ke depan, sehingga bisa menjadi salah satu cara untuk meraih kemenangan,” ujarnya.
Zaky menambahkan, Ben seolah merepresentasikan pemilih daerah timur Kalteng, seperti Kapuas, Pulang Pisau, dan lainya. Kemudian, wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, seperti Murung Raya hingga Palangka Raya, apabila bisa dikendalikan, peluang untuk menang sangat besar bagi Ben-Ujang.
”Siapa yang bisa merebut suara di DAS Kahayan, maka memiliki peluang besar. Saya kira itu nanti akan menarik untuk diketahui,” ujarnya.
Zaky mengatakan, petahana juga memiliki basis masa yang kuat di daerah barat, seperti Sukamara, Lamandau, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, dan Seruyan. Di sisi lain, kekuatan pasangan Sugianto, Edy Pratowo, juga sangat menarik. Sebab, kata Zaky, Edy memiliki basis massa dari kalangan NU dan warga dari Jawa.
Menurut Zaky, akan sangat menarik melihat pertarungan Pilkada Kalteng. ”Suara Ujang di tengah basis petahana dan kemampuan beliau menggembosi suara petahana di daerah barat Kalimantan sangat ditunggu. Kultur Kalteng ini sangat luas, makanya sangat mudah diprediksi dalam hal pemilihan. Apabila bisa mengendalikan bagian barat, timur, selatan, saya kira dia akan menjadi pemenangnya,” ujarnya.
Zaky berharap demokrasi di Kalteng bisa naik kelas. Artinya, pemilih tak lagi mengacu pada identitas warna kulit, suku, ras, dan agama, tetapi bagaimana seluruhnya bisa membangun Kalteng lebih baik. Apalagi pandemi Covid-19 telah meluluhlantakkan perekonomian.
”Pokoknya harus naik kelas. Jangan membicarakan suku, agama, dan lainnya, tetapi harus untuk Kalteng secara sungguh-sungguh,” katanya.
Menurut Zaky, peluang kedua calon sama besar, meski Ben hanya didukung tiga partai. Partai politik dinilai tidak berpengaruh dalam perebutan suara masyarakat, apalagi dalam kondisi panik akibat Covid-19 seperti sekarang.
Untuk mengimbangi petahana, lanjutnya, Ben-Ujang harus memiliki gagasan yang benar-benar baru dan berbeda. Karya harus digambarkan secara berkualitas. Faktor pembeda wajib ditonjolkan dan harus kerja keras.
Setengah Hati
Pertarungan Pilkada Kalteng menyajikan sebuah fenomena baru dalam dunia politik, yakni kader tertukar dan partai tak mampu dipinang kadernya sendiri. Hal itu berpotensi memunculkan dukungan setengah hati dari kader partai pengusung.
Ben Brahim sebelumnya duduk sebagai Bupati Kapuas berkat sokongan penuh partai Golkar, sementara Ujang Iskandar merupakan kader NasDem. Posisi Ujang di Partai NaDem juga sangat strategis. Dia merupakan Ketua Badan Pemenangan Pemilu NasDem Kalteng.
”Lihat Pak Ujang. Sebagai ketua pemenangan NasDem, malah Demokrat yang mengikat. Maka itu, dalam pilkada saat ini, kader-kader partai sulit untuk tegak lurus,” tuturnya. (daq/ign)