SAMPIT – Sejumlah perairan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyimpan teror mematikan. Pasalnya, buaya semakin sering muncul dan memperlihatkan diri. Selain itu, predator tersebut juga kerap naik sampai ke darat. Kondisi itu jadi ancaman besar bagi warga yang hidup dan masih bergantung pada sungai.
Kemunculan buaya juga dikabarkan terjadi di Sungai Sepihan, Desa Basirih Hilir, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Satwa liar itu meresahkan warga. Meski tak ada korban jiwa, warga khawatir karena anak-anak terbiasa mandi di sungai tanpa pengawasan.
Warga setempat, Bachtiar, mengimbau warga, terutama orang tua di wilayah tersebut agar lebih waspada. ”Harus lebih waspada lagi menjaga anaknya. Saat air pasang, saya melihat masih banyak anak-anak mandi di sungai tanpa pengawasan," katanya.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit Muriansyah mengatakan, kemunculan buaya di Desa Basirih Hilir juga pernah dilaporkan pada November 2020 lalu. Dari hasil observasi, dia menemukan banyak sampah rumah tangga dibuang ke sungai.
”Bagi warga yang tinggal dan beraktivitas di tepi sungai, tetap hati-hati dan selalu waspada, terutama malam hari. Jangan buang sampah rumah tangga dan bangkai ke sungai dan jangan pelihara ternak di atas atau dekat tepian sungai," kata Muriansyah, Selasa (9/2).
Muriansyah menuturkan, data pihaknya, ada tujuh kecamatan yang termasuk daerah perairan yang rawan serangan buaya. Dia menyarankan warga daerah tersebut agar tidak membiarkan anak-anak berada di tepian sungai tanpa pengawasan. ”Jangan biarkan anak-anak mandi di sungai, karena sangat berbahaya," tegasnya.
Terkait serangan buaya yang menimpa warga, menurut data BKSDA, khususnya di Desa Jaya Karet dan Jaya Kelapa, tak ada lagi serangan terhadap manusia dalam beberapa tahun ini. Hal itu disebabkan warga setempat mulai mengurangi ketergantungan di sungai.
”Pola hidup masyarakat di sana sudah mulai berubah. Sebagian besar warganya beraktivitas MCK di darat, tidak lagi di jamban pinggir sungai," katanya.
Lebih lanjut Muriansyah mengatakan, selain kemunculan buaya di Sungai Sapihan, pihaknya juga mendapat laporan dari warga Desa Ganepo terkait kemunculan buaya yang naik sampai darat pada Senin (8/2) sore. Muriansyah lalu meninjau lokasi.
Dia ditemani empat warga mengamati lokasi kemunculan buaya yang merupakan kebun pisang milik warga Kebun tersebut berjarak 5 meter dari tepian sungai. ”Kami menyisir lokasi kemunculan buaya untuk mencari sarang atau tempat bertelur. Hasilnya tidak ada. Tetapi, berdasarkan keterangan warga, saat sore hari rombongan monyet ekor panjang sering bertengger di sekitar lokasi," ujarnya.
Di sisi lain, di lokasi tersebut juga banyak ditemukan sampah rumah tangga yang diduga hanyut terbawa arus air sungai dan terdampar di perairan desa. Petugas juga menyisir empat kolam di sekitar lokasi. Lebar kolam bervariasi dari 10×20 meter (3 kolam) dan 100×100 meter ( 1 kolam). Kolam itu berjarak sekitar 300 - 500 meter dari lokasi kemunculan buaya.
Usai melakukan observasi, dia memberikan pengarahan pada warga dan meminta segera melapor apabila buaya terlihat lagi di lokasi tersebut. ”Kalau buaya muncul lagi, saya berencana memasang perangkap buaya. Kemunculan buaya di lokasi tersebut diduga kuat untuk menyergap monyet ekor panjang," tandasnya. (hgn/ign)