PALANGKA RAYA – Salah seorang pekerja seks komersial yang terjaring razia aparat gabungan di Palangka Raya, DS (25), mengaku mereka sudah dua tahun bekerja di warung remang-remang dan menjajakan diri karena kebutuhan ekonomi. Wanita itu mengaku kesulitan uang, apalagi setelah bercerai dengan suaminya, sehingga untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, ia terpaksa bekerja demikian.
”Ini semua dilakukan untuk keluarga. Sakit memang, tetapi apa daya. Demi hidup anak, maka perkerjaan nista pun terpaksa dilakukan,” ucapnya.
Kepala Dinas Sosial Kalteng Guntur Talajan mengatakan, giat tersebut dalam rangka menindaklanjuti program pemerintah pusat dan surat edaran Gubernur Kalteng tentang Pencanangan Indonesia dan Kalteng Bebas Prostitusi 2019.
Menurut Guntur, larangan adanya PSK berdasarkan Perda Kota Palangka Raya. ”Kami bersinergi hingga pada saatnya nanti akan berlangsung lebih baik seperti Pangkalan Bun dan Sampit yang tahun ini menutup seluruh lokalisasi,” katanya.
Dir Binmas Polda Kalteng Kombes Pol Ter Priyatno mengatakan, sejauh ini belum ditemukan adanya perdagangan manusia. Semua beralasan faktor ekonomi hingga terjerumus dalam perkerjaan tersebut.
”Namun kita akan tetap memeriksa sejauh mana keberadaan mereka di sini dan tentunya aksi ini memberikan rasa nyaman kepada masyarakat,“ katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Seperti diketahui, puluhan petugas gabungan dari Dinas Sosial Kalteng, Dinas Kesehatan, TNI, Polri, dan Satpol PP Kota Palangka Raya, menggelar razia mendadak di warung remang-remang Jalan Mahir Mahar, Sabtu (14/5). Hasilnya, sebanyak 20 pekerja seks komersial (PSK) dari berbagai umur dan seorang germo berhasil diamankan.
Pantauan Radar Palangka, dalam razia yang diduga bocor itu, seluruh warung remang-remang nampak tertutup dan listrik sengaja dimatikan saat petugas datang. Bahkan, para PSK di kawasan Lingkar Luar berlarian bersembunyi di semak-semak.
Setelah memeriksa beberapa warung dan tidak menemukan hasil, petugas bertindak tegas dengan membuka paksa pintu warung. Hasilnya, puluhan PSK diamankan dan diangkut ke Dinas Sosial untuk didata. Mirisnya, dua bocah perempuan juga terpaksa diangkut karena kedua orangtua mereka diamankan. (daq/ign)