PALANGKA RAYA – Ketersediaan energi listrik di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menjadi sorotan pemerintah provinsi. Ini setelah bertambahnya jumlah desa di provinsi ini yang tidak teraliri listrik. Data terbaru desa yang tidak teraliri listrik, Juli 2016 sebanyak 336 desa. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari sebelumnya yang hanya 267 desa.
Sekda Kalteng Siun Jarias menjelaskan kenaikan ini diakibatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang sebelumnya dibangun dibeberapa desa mengalami kerusakan atau tidak lagi berfungsi.
“Sehingga desa yang tadinya menikmati energi listrik, menjadi tidak ada aliran listrik lagi,” ungkap Siun, Jumat (22/7)
Akibatnya, sebanyak 190.169 rumah tangga tidak lagi teraliri listrik. Tak hanya itu, rasio elektrifikasi Kalteng yang sebelumnya 88 persen, kini menjadi 67,8 persen. Ini menandakan ketersediaan energi listrik di Kalteng terjadi penurunan lumayan besar.
Siun menambahkan, Pemprov Kalteng sudah mengambil langkah menyikapi hal terebut, baik untuk mengejar ketertinggalan rasio elektrifikasi dan penyediaan energi listrik. Pemprov terus menggalangkan pengembangan energi terbarukan berupa PLTS khususnya untuk desa-desa terpencil yang sulit untuk dibangun jaringan listrik.
---------- SPLIT TEXT ----------
Tidak tanggung-tanggung, total anggaran yang disediakan pemerintah untuk desa yang sulit dibangun jaringan listrik ini selama 2017 hingga 2021 mendatang Rp 951 miliar lebih. Sementara untuk desa-desa yang bisa dibangun jaringan listrik sampai 2021, pemerintah juga menyediakan anggaran untuk pembangunan distribusi jaringan sebesar Rp 1,07 triliun lebih.
“Sehingga total anggaran yang diperlukan untuk meningkatkan ketersedian energi listrik ini sebesar Rp 2,02 triliun lebih. Ini juga sebagai wujud pemerintah mensukseskan program Kalteng Tarang,” katanya lagi.
Terlepas dari itu, dia menjelaskan dua pembangkit listrik yang sudah selesai yakni Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang terletak di Kabupaten Pulang Pisau dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai Barito Utara diharapkan sekitar Oktober 2016 dapat segera selesai sepenuhnya.
Menurutnya dengan beroperasinya dua pembangki listrik tersebut, maka akan memberi dampak berarti untuk mencukupi ketersediaan energi listrik diprovins itu.
“Ya kita akui untuk kecukupan energi listrik kita terus berupaya dan terus berkoordinasi dengan pusat,” pungkasnya. (sho/vin)