SAMPIT – Tembok pembatas setinggi tiga meter, roboh dan menimpa sebuah rumah hingga ambruk di Jalan Kapten Mulyono, gang H Masrani, Kamis (10/11) sekira pukul 03.30 WIB. Peristiwa itu nyaris menewaskan satu keluarga di dalam rumah tersebut. Beruntung, pemilik rumah, Toni (34), waspada dan berhasil menyelamatkan keluarganya.
Fauji Rahman (40), kakak ipar Toni mengatakan, adik iparnya sudah mewaspadai robohnya tembok tersebut sekitar dua bulan lalu. Pasalnya, tembok pembatas itu terlihat miring dan retak. Hal itu juga telah disampaikan ke pemilik bangunan.
”Adik ipar saya sebenarnya sudah waspada dan melaporkan ke pemilik bangunan, namun direspons lambat. Katanya menunggu tukang mereka menyelesaikan pekerjaan yang lain dan itu sudah dua bulan lalu,” ujar Fauji.
Jarak antara rumah dan tembok hanya sekitar setengah meter. Posisinya persis di bawah kamar tidur. Saat kejadian, Toni terbangun untuk salat subuh. Ketika itu, dia mendengar bunyi retakan tembok yang roboh secara perlahan. Toni langsung membangunkan istrinya dan menggendong anaknya ke luar rumah.
”Hanya sempat membangunkan istri, dua anaknya, dan mengeluarkan sepeda motor. Harta benda lainnya tidak dapat diselamatkan. Rumahnya langsung ambruk dan satu buah motor barunya juga ikut tertimbun,” tutur Fauji.
Rumah berukuran 4x6 meter yang terbuat dari kayu itu langsung rata dengan tanah. Peristiwa itu terjadi di tengah hujan lebat. Kondisi pekarangan rumah mereka tergenang air.
Menurut Fauji, pemilik bangunan sudah berniat mengganti kerugian adik iparnya yang mendiami rumah tersebut sudah sejak 2007. Saat ini masih dalam proses evakuasi penghancuran tembok yang roboh.
”Adik ipar saya trauma. Saat ini mereka tinggal di rumah saya, sembari membereskan rumah dan harta benda yang masih tertimbun runtuhan tembok,” tandasnya.
Rawan Ambruk
Sementara itu, di Lamandau, dinding keramik RSUD Lamandau rawan ambruk. Rapuhnya tembok itu diketahui saat ketua dan sejumlah anggota DPRD Lamandau melakukan inspeksi mendadak (sidak) bangunan itu, karena banyak keluhan terkait pelayanan rumah sakit. Dinding keramik terlepas ketika digoyang Ketua DPRD Lamandau H Tommy H Ibrahim.
”Kenapa pasang keramiknya seperti ini? Benar saja kalau membahayakan pasien," kata Tommy berang.
Dari sidak itu diketahui, hanya ada 1 – 2 ruang VIP yang bisa digunakan dari 8 ruangan yang ada. Sisanya tidak bisa dimanfaatkan karena bangunannya dapat membahayakan pasien, termasuk yang temboknya rawan ambruk.
Tembok itu ternyata memang tak diperbaiki. Pasalnya, bangunan ruang VIP tersebut ditangani Dinas Kesehatan, belum diserahkan ke RSUD Lamandau. Karena itu, pihak RSUD tidak bisa membangun, memperbaiki, atau melakukan perawatan, meskipun sudah bertahun-tahun.
”Ruang VIP ini sudah dibangun beberapa tahun lalu, tapi masih di bawah dinkes. Sudah bertahun-tahun, kok tidak ada tindak lanjut perbaikan terhadap kondisi ini?" cetusnya.
Menurutnya, bangunan ruang VIP jika terus dibiarkan rusak, akan membahayakan pasien. Dia memperkirakan pembangunannya sejak awal sudah tidak benar, sehingga diharapkan dinkes maupun Bupati Lamandau agar memperhatikan hal itu.
Sementara itu, Ketua Komisi 2 DPRD Lamandau HM Gojaliansyah mengatakan, pembahasan APBD murni 2017 masih berlangsung. Karena itu, apabila ruang VIP RSUD memerlukan dana perbaikan, agar bisa diakomodir dalam APBD 2017.
”Dibangunnya ruang VIP ini berdasarkan keinginan masyarakat yang ingin dilayani dengan baik saat sakit. Tapi, kalau kondisinya begini, tentu mengecewakan. Jadi, RSUD harus menginventarisir apa saja yang menjadi kendala dan kekurangan agar bisa direncanakan dengan baik dan dimasukkan dalam usulan APBD 2017," ujarnya. (dc/mex/ign)