SAMPIT – Lagi, hujan yang turun sejak Minggu (14/5) pagi melumpuhkan aktivitas warga, terutama daerah pinggiran sungai. Air yang meluap merendam ratusan rumah warga di dua desa di Kecamatan Bukit Santuai, Kotim. Ketinggian air berkisar dari dua hingga tiga meter dari tanah. Hingga siang kemarin pun warga kesulitan beraktivitas.
Dua desa yang terendam itu adalah Tumbang Payang dan Tumbang Tawan. Desa Tumbang Payang digenangi luapan Sungai Kuayan dengan ketinggian sekitar dua meter dari jalan. Sementara limpahan air dari Sungai Mantubar mencapai tiga meter menggenangi Desa Tumbang Tawan. ”Benar, terjadi banjir sejak Minggu siang, disebabkan hujan lebat dan sungai yang meluap,” kata Waren, camat Bukit Santuai ketika di konfirmasi Radar Sampit, Senin (15/5).
Banjir menyebabkan ratusan rumah terendam. Ada 141 unit di Desa Tumbang Payang dan 40 rumah di Desa Tumbang Tawan. Air bahkan naik melebih rumah panggung warga dengan ketinggian 30 cm sampai 50 cm dari lantai.
Aktivitas warga setempat yang mayoritas petani terpaksa macet total akibat banjir tersebut. Di samping itu sebagian besar lahan pertanian rusak akibat terendam air. Untungnya, menurut Waren, warga setempat baru saja melalui masa panen, sehingga tidak ada kerugian akibat gagal panen. Kalaupun merugi, jumlahnya tidak terlalu besar.
Banjir tampaknya memang sudah menjadi langganan desa-desa di lokasi tersebut setiap tahun. Maka dari itu rata-rata rumah di lokasi tersebut mempunyai ketinggian antara 1,5 sampai 2 meter dari atas tanah.
”Makanya banjir ini sebenarnya termasuk banjir yang cukup besar karena sampai masuk ke dalam rumah. Tapi sementara ini, warga belum ada yang dievakuasi, karena mereka masih bisa beraktivitas di dalam rumah,” ujarnya.
Sampai siang kemarin kedalaman air berangsur-angsur mulai surut. Kendati demikian diperkirakan banjir ini masih akan merambat ke desa lainnya, yakni Desa Tumbang Getas, lantaran struktur geografis desa tersebut berada di bawah Desa Tumbang Payang. Jadi kemungkinan banjir dari Desa Tumbang Payang akan mengalir ke desa tersebut.
Di tengah musibah banjir ini, ternyata ada satu warga yang mengalami nasib nahas. Keke (40), terpeleset dari lantai dua rumahnya ketika mengevakuasi barang-barang dari serangan banjir. Dia terjatuh hingga tidak sadarkan diri. Namun, Waren tidak bisa memberi keterangan lebih lanjut mengenai kondisi warganya tersebut lantaran sulitnya jaringan telekomunikasi antardesa di sana yang membuatnya tidak bisa menghubungi pemerintah desa setempat.
”Saya belum bisa memastikan, tapi siang ini (kemarin) juga saya bersama tim akan melakukan peninjauan ke lokasi,” tandasnya.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Sutoyo mengatakan ia bersama tim segera terjun ke lapangan untuk meninjau lokasi banjir. Dengan membawa sejumlah perlengkapan untuk pertolongan pertama, antara lain 2 unit perahu karet, 20 pelampung, genset, 10 terpal, 10 tikar, 10 set peralatan masak dan makan, dan obat-obatan, serta 2 orang dari PMI untuk membantu di lokasi.
”Sementara yang kami bawa itu dulu, kalau untuk sembako kami kan belum melihat situasi di lapangan, apakah perlu atau tidak dan berapa banyak jumlahnnya. Kalaupun perlu maka tim kami yang masih tinggal di Sampit bisa mengantarkannya sesegera mungkin,” ujarnya.
Ditambahkannya, perjalanan mereka ke lokasi banjir sedikit terhambat lantaran kondisi jalan yang becek dan banyak jalur yang putus oleh banjir. Mereka harus jeli memilah rute agar tidak terjebak di jalur yang kebanjiran, konsekuensinya waktu perjalanan pun menjadi lebih lama, yang biasanya 5 sampai 6 jam saja bisa sampai 10 jam. Di samping itu, sementara ini pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut mengenai banjir di kecamatan lainnya. (vit/dwi)