SAMPIT – Tingginya curah hujan belakangan ini membuat ketinggian air kembali naik dan membanjiri permukiman penduduk. Banjir dilaporkan terjadi di dua kabupaten, yakni Kotawaringin Timur dan Kotawaringin Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, musim hujan akan terjadi sampai April.
”Puncak hujan terjadi hingga April mendatang. Curah hujan baru turun pada Mei,” kata Kepala BMKG Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan, kemarin.
Dia meminta semua pihak tetap waspada karena hujan akan terus terjadi. Minimnya curah hujan sepekan lalu, disebabkan perubahan tekanan angin, sehingga cuaca panas dan sempat terjadi kebakaran lahan. ”Terbukti mulai pekan ini sudah terus terjadi hujan beberapa hari berturut-turut,” katanya.
Di Kotim, tingginya curah hujan sepekan terakhir di wilayah utara, membuat air sungai meluap. Di Kecamatan Bukit Santuai, banjir merendam sebagian rumah penduduk desa. Ketinggian air mulai dari 1 – 1,5 meter di atas jalan desa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim Sutoyo mengatakan, informasi dari kecamatan, ketinggian air di dalam rumah diperkirakan antara 40-50 cm. Hal itu disebabkan hujan yang terus turun dalam beberapa hari terakhir.
”Padahal, sebelumnya, kecamatan yang awalnya terendam banjir sudah surut total, sehingga kami mengadakan rapat dan menurunkan status penanganan banjir yang awalnya tanggap darurat, sekarang turun menjadi siaga,” ujar Sutoyo, Minggu (11/2).
Karena potensi banjir meningkat, pihaknya terus memantau kondisi desa di dataran rendah. Jika dilanda banjir yang semakin parah, akan dilakukan evakuasi terhadap warga ke daerah yang dataran yang lebih tinggi.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Kotim M Yusuf mengatakan, status penanganan banjir memang tidak seluruhnya diturunkan. Sebab, berdasarkan laporan BMKG, hingga Maret, di wilayah utara masih turun hujan.
”Saat ini kami masih memantau kecamatan yang rawan banjir. Tujuh kecamatan yang dilanda banjir, di antaranya Tualan Hulu, Parenggean, Kotabesi, Cempaga Hulu, Mentaya Hulu, Bukit Santuai, dan Antang Kalang,” ujarnya.
Mulai Surut
Sementara itu, dari Kobar dilaporkan, banjir yang melanda Desa Nangamua dan merendam jalan poros Desa Sukarame – Kelurahan Pangkut mulai surut. Meski demikian, masih ada beberapa wilayah yang lingkungannya masih terendam air luapan Sungai Arut.
Kepala Desa Nangamua Masdar mengatakan, genangan air sudah jauh lebih rendah dibanding Sabtu (10/2). Beberapa wilayah yang masih terendam, terutama di kawasan yang berbatasan langsung dengan bantaran sungai.
”Sudah surut mas. Kalaupun ada (banjir), hanya beberapa wilayah saja yang dekat dengan sungai. Aktivitas warga juga sudah mulai normal. Semoga saja dalam beberapa hari ke depan hujan tidak turun," ujarnya, Minggu (11/2).
Kasi Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Pahrul Laji mengatakan, untuk wilayah yang banjirnya telah surut total, warga mulai membersihkan lingkungannya. Namun, untuk wilayah yang masih terendam, sudah jauh lebih aman.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinkes Kobar Fachrudin mengatakan, tim dokter dan bagian surveilans Dinkes dan Puskesmas Arut Utara membentuk grup dan menjadikan Puskesmas Arut Utara sebagai posko penanganan masalah kesehatan bagi warga yang terdampak banjir.
”Sudah dibentuk tim yang berasal dari lintas sektor (PKK, kecamatan, Polri, TNI) untuk menangani warga terdampak banjir. Kalau di puskesmas fokus masalah kesehatan. Puskesmas dijadikan salah satu posko penanganan,” katanya.
Menurutnya, tim di lapangan saling membantu, terutama dalam hal informasi dan data-data di lapangan terkait tinggi banjir, lokasi sumber air bersih, penyakit yang mulai menjangkiti warga saat banjir, dan pascabanjir.
”Pencegahan untuk penyakit yang biasa terjadi saat banjir adalah diare dan penyakit kulit (gatal-gatal). Tak kalah penting adalah pemeriksaan para ibu hamil. Karena banjir ini, mereka kesulitan periksa ke puskesmas. Jadi, lebih diutamakan kunjungan rumah,” tandasnya. (dc/sla/ign)