PALANGKA RAYA – Sesuai arah dan kebijakan pembangunan pemerintahan periode tahun 2015-2019, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang diberi mandat untuk mewujudkan agenda pembangunan nasional (nawacita), terutama pada cita ke-5, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Plt Kepala Perwakilan BKKBN Kalteng Satyawati Kusumawijaya mengatakan, survei demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) merupakan survei ke delapan yang menghasilkan estimasi terkini indikator utama kependudukan dan kesehatan, utamanya TFR, CPR, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP) Unmet Need, dan indikator kesehatan lainnya.
”Hal yang paling menggembirakan dari hasil SDKI 2017, angka fertilitas total turun dari 2,6 anak pada SDKI 2012 menjadi 2,4 anak per wanita. Angka kelahiran menurut kelompok umur 15-19 tahun menurun dari 48 (SDKI 2012) menjadi 36 pada SDKI 2017,” ucapnya saat sosialisasi hasil SDKI 2017 di aula BKKBN Kalteng, Rabu (13/3).
Selain itu, lanjutnya, peningkatan pemakaian kontrasepsi dari 62 persen pada SDKI 2012 menjadi 64 persen pada SDKI 2017. Sedangkan untuk kebutuhan ber-KB yang tidak memenuhi mengalami penurunan dari 11,4 pada SDKI 2012 menjadi 10,6 persen pada SDKI 2017.
”Untuk angka kematian bayi, hasil SDKI 2017 lebih rendah dibandikan dengan hasil SDKI 2012, sedangkan pada ibu yang kehamilannya diperiksa tenaga kesehatan menurun dari 95,7 persen pada 2012 menjadi 93,9 persen pada 2017,” ujarnya.
Begitu juga untuk wanita yang mengetahui metode/cara untuk mencegah HIV/AIDS melalui penggunaan kondom dan pembatasan seksual dengan hanya satu pasangan, meningkat dibandikan tahun 2012, yaitu masing-masing 42,9 persen menjadi 53,9 persen dan 57,6 persen menjadi 68,4 persen.
”Untuk hasil SDKI 2017 terkait remaja, menunjukkan bahwa remaja yang berumur 20-24 lebih mengetahui alat/cara KB dibandingkan yang lebih muda umurnya (15-19 tahun). Pendapat remaja umur ideal kawin pertama cukup menggembirakan juga. Dari hasil responden antara 23,7 tahun, sedangkan pria 22,8 tahun. Selanjutnya, 89 persen remaja wanita mengetahui metode kontrasepsi suntuk dan pil, sedangkan remaja pria lebih mengenal kondom sebanyak 89 persen,” tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, hasil tersebut sebagai pacuan program ke depan yang lebih baik dan hasil 2017 ini akan dapat dijadikan rujukan dalam melakukan evaluasi pencapaian program kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan.
”Ini akan menjadi dasar dalam penyusunan RPJMN, karena nantinya ini akan menentukan arah pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia dalam lima tahun ke depan,” pungkasnya. (agf/ign)