Buah lai atau empakan (Durio Kutejensis) salah satu buah lokal Kalimantan. Isinya mirip durian, hanya beda warna, rasa tak terlalu manis tanpa bau menyengat. Buah yang satu kerabat dengan durian ini memiliki banyak nama di masing-masing daerah di Kalimantan. Di Kabupaten Sukamara dikenal dengan nama empapaan. Di tangan Supriadi, warga Sukamara, buah ini dikawin dan dipoligamikan dengan durian.
FAUZIANNUR, Sukamara
Supriadi tinggal di Jalan Pelita, Kelurahan Padang Sukamara. Dirinya bukan sarjana pertanian. Ia hanya hobi bercocok tanam. Di belakang rumahnya banyak tanaman dari bibit bunga hingga buah-buahan. Termasuk pohon gaharu ia tanam dengan batang saling berlilit. Namun pohon gaharu masih kecil dan belum menghasilkan resin.
Di bawah penyemaian ukuran sekitar 4 x 7 meter itu nampak susunan polibag. Di dalammnya terdapat bibit durian, cempedak, manga, dan beberapa jenis tanaman lainnya. Jika diperhatikan, semua bibit baru tumbuh beberapa helai daun. Itu bukan daun aslinya, namun merupakan pucuk sisipan tanaman, beda jenis antara ujung dan batang. Sistem modifikasi okulasi, teknik sambung sisip pucuk.
Menggunakan teknik itulah, Supriadi yang sering disapa Ucup ini mencoba mengawinkan berbagai jenis bibit durian. Batang bibit durian lokal, pucuk bibit unggul. Menariknya, durian dikawinkan dengan bibit lai atau empakan. Hasilnya sukses tersambung. Bahkan ada bibit durian dimodifikasi dua sambung pucuk, satu buah durian unggul, kedua buah paken. Bisa jadi hasil “poligami” ini menghasilkan dua buah berbeda dalam satu pohon.
“Batang tumbuh dari biji durian lokal, baru atasnya disisipkan pucuk durian montong dan empapaan (empakan). Ternyata pertumbuhannya baik. Informasi yang saya dapat, jika bawahnya pohon durian diatasnya empapaan, maka buahnya tetap sama tetapi daging buah empapaan biasa tipis akan menjadi tebal. Bawah empapan dan atas durian juga ada, entah seperti apa nanti rasa buahnya,” cerita Ucup sambil tertawa kecil.
Teknik okulasi sambung pucuk ini diakuinya cukup sulit. Perlu ketelatenan dan teknik memotong dan menyambung yang tepat. Dirinya mengaku belajar lewat youtube. Mencoba video tutorial dari Indonesia, selalu gagal. Hingga mencontoh tutorial sambung pucuk dari Thailand. Ilmu dari Negeri Gajah Putih inilah membuatnya berhasil menyambung berbagai pucuk tanaman.
“Lewat youtube saja belajar. Beberapa kali gagal mencoba, tetapi setelah ketemu video tutorial dari Thailand baru berhasil,” terangnya.
Selain sambung atau sisip pucuk, Ucup juga mencoba percepatan pertumbuhan tanaman dengan teknik memperbanyak batang. Satu pohon bisa dibuat dua atau tiga batang dengan cara sambung sisip dan berhasil. Salah satu bibit cempedak miliknya cepat mengalami pertumbuhan, padahal baru beberapa bulan ditanam. Begitupun dengan bibit durian hasil perkawinan, sebagian dibuat dengan sangga beberapa batang.
“Proses membuatnya sama pakai teknik sisip, tetapi yang disisipkan batang dengan batang. Semakin banyak batang dan akar maka asupan nutrisi makanan akan lebih banyak, sehingga mempercepat pertumbuhan pohon. Teknik ini juga digunakan di Thailand sehingga kualitas buah mereka rata-rata bagus,” terangnya.
Hasil belajar dan percobaannya yang berhasil, membuat Ucup senang. Tetapi sayang, dirinya belum berniat menjual bibit-bibit modifikasinya itu. Rencananya akan ditanam sendiri sebagai kebun percontohan. Dirinya yakin, bibitnya berhasil berbuah dengan baik. Apalagi batang dan akar dari bibit lokal, sehingga akan mudah beradaptasi dengan tanah di Sukamara.
“Bibit siap dipindahkan kira-kira berumur satu tahun, menunggu pertumbuhan akar sudah baik. Jika dipaksakan bisa mati,” tandas Ucup. (sla)