Bocah yang menjadi korban kekerasan ibu kandungnya sendiri bersama kekasihnya, Yan dan An, akhirnya dibawa ke Palangka Raya. Radar Sampit menyaksikan langsung proses keberangkatan gadis mungil itu. Berikut liputannya.
YUNI, Sampit
Gadis kecil dengan penyangga lengan di bagian kiri itu tampak asyik melihat permainan di gawai bersama bocah perempuan lain yang seusia dengannya. Gawai itu merupakan pemberian warga yang bersimpati pada gadis yang menerima siksaan dari ibu kandung dan kekasihnya. Alat komunikasi canggih tersebut jadi hiburan untuknya.
Raut wajah gadis tersebut terlihat gembira ketika pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lentera Kartini membawakan kue ulang tahun untuknya. ”Ulang tahun ke berapa?” kata salah seorang kerabatnya.
”Enam tahun," jawab gadis kecil itu.
Gadis itu lalu meniup api lilin di kue itu, diiringi nyanyian ulang tahun dan tepuk tangan dari kerabat di Rumah Aman Lentera Kartini, tempat tinggal gadis kecil itu selama tiga hari terakhir ini.
Setelah mandi sore, dengan mengenakan baju bernuansa merah muda bergambar unicorn khas anak kecil, gadis itu kembali asyik bermain ponsel, memainkan game kesukaannya. Gadis itu hanya menjawab singkat ada seadanya saat Radar Sampit mengajaknya berbincang.
Tak berselang lama, senyum mengembang dari bibir mungilnya ketika ada kerabat yang datang mengunjunginya. Si kecil yang menyebut nasi goreng adalah makan favoritnya ini pun dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Tak lama dia pun menangis ketika salah satu kerabatnya ingin pulang, seolah tak ingin melepaskan pelukan eratnya.
Siang itu, sekitar pukul 13.30 WIB, mobil ambulans Polres Kotim tiba di lokasi. Mobil itu siap mengantarkan gadis tersebut ke Palangka Raya untuk menjalani penanganan medis dari patah tulang tangan yang dialaminya akibat penganiayaan yang diterimanya.
Dia berangkat ke Palangka Raya bersama kakek kandung dan neneknya. Senyum terus mengembang. Gadis itu bahagia karena dirinya memang ingin sekali ke Palangka Raya untuk berobat. ”Jangan nangis ya," kata buyut gadis itu, saat si kecil menaiki mobil ambulans.
Sang kaket berharap cucunya bisa lekas sembuh dan bisa bersekolah. ”Pernah sekolah TK, terus diambil ibunya. Saya pikir disekolahkan, rupanya tidak. Malah begini kejadiannya," tutur Haliun.
Setelah kondisi cucunya sembuh, dia akan membawa cucunya ke kampung halamannya di Desa Tangar, sambil menunggu pengurusan sekolah. ”Mau tinggal sama saya atau sama buyutnya sama saja," katanya.
Sementara itu, Ketua LSM Lentera Kartini Forisni Aprilista mengatakan, pihaknya juga turut mendampingi keberangkatan korban ke Rumah Sakit Awal Bros Betang Pambelum Palangka Raya. Penanganan secara medis itu difasilitasi Kapolres Kotim AKBP Abdul Haris Jakin.
”Sejak awal kami sudah lakukan pendampingan. Ke Palangka Raya juga kami dampingi," sebutnya.
Dia menambahkan, jadwal operasi yang dijadwalkan Senin depan masih menunggu hasil observasi dari pihak rumah sakit. ”Melihat observasi dari pihak rumah sakit, jika memang sudah siap, maka operasi akan dilakukan secepatnya," tambahnya.
Gadis kecil korban kekerasan oleh ibu kandungnya sendiri itu tidak hanya mendapatkan kekerasan fisik saja, namun yang menjadi perhatian adalah kondisi psikologisnya. Karena itu, dalam dua hari terakhir LSM Lentera Kartini melakukan pendampingan psikologis untuk memulihkan traumatik korban dari tindakan tersebut.
”Jadi selain pemulihan kondisi fisik, penanganan kasus juga terus berjalan, pemulihan psikologis juga harus dilakukan," tandasnya. (yn/ign)