Menjelang Ramadan, banyak petani di Pangkalan Banteng yang menanam buah melon dan semangka. Dua jenis tanaman dianggap lebih menguntungkan dibanding tanaman sawit dan karet.
============
Sutomo tampak sumringah melihat melon di kebunnya yang siap panen dua pekan lagi. Terlebih lagi, dua jenis buah tersebut selalu menjadi buruan masyarakat saat Ramadan.
”Melon sekitar dua pekan lagi sudah siap dipanen, kemudian untuk semangka minggu depan ini kita siap kirim ke sejumlah pedagang buah di kecamatan dan juga Pangkalan Bun,” ujar warga asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Pangkalan Banteng, Rabu (11/5) siang.
Sebelumnya, Sutomo menekuni tanaman karet. Karena harga karet jeblok, dia mencari komoditas baru yang bisa untuk menopang ekonominya, yakni melon dan semangka.
Lahan 1,5 hektare mampu ditanami 3.500 bibit semangka. Setiap kali panen pertama dalam sekali tanam mampu menghasilkan 60 ton. Setengah hektare lahan mampu menampung 1.500 pohon melon, yang hasilnya bisa di atas 15 ton. Namun itu bisa bertambah karena dalam tiap panen tidak semua buah dipetik karena ada juga buah yang belum sepenuhnya siap untuk dipanen.
”Rata-rata kebun saya mampu menghasilkan 60 ton, dan melon sekitar 10-15 ton dan pasti lebih dari itu. Karena nanti setelah panen hari pertama, maka selang sepekan kemudian buah yang sebelumnya belum terlalu matang, bisa dipanen,” katanya.
Biaya dari penggarapan lahan, tanam, pupuk, dan perawatan hingga panen perpohonnya mencapai Rp 5.000. Dengan harga jual semangka dari tingkat petani ke pengepul saat ini di kisaran Rp 3500 – Rp 3.800 per kilogram dan melon mecapai harga Rp 8.000 per kilogram.
---------- SPLIT TEXT ----------
Untuk tanaman melon dari tanam hingga panen juga hanya membutuhkan biaya sekitar Rp 7.000 per pohon. Maka bertani buah-buahan yang menggandung bayak air itu sangat menjanjikan jika dibandingkan dengan harga karet yang masih rendah hingga saat ini.
”Untuk melon biaya per pohonnya sedikit lebih mahal karena harus ada tiang penyangga dan ada tali. Kalau semangka cukup dibiarkan di tanah sudah mampu berbuah dengan baik dengan pemberian pupuk yang bagus dan takaran yang tepat,” tambahnya.
Sutomo semakin girang karena tak perlu susah-susah memasarkan saat panen. Hasil pertaniannya sudah dipesan oleh sejumlah pedagang yang berasal dari Kobar, Lamandau, Sukamara, hingga Kalimantan Barat.
”Pedagang Kalbar kalau kita panen selalu datang sendiri ke kebun, jadi kita tidak perlu kirim. Apalagi saat ini sudah mendekati Ramadan, petani bisa kewalahan memenuhi kebutuhan pembeli,” katanya.
Tak jauh beda dengan Sutomo, Junaidi petani sawit yang lebih dari tiga bulan lalu lebih konsetrasi bertani buah ini mengakui bahwa prospek pertanian di bidang buah-buahan lebih menjanjikan. Bahkan pangsa pasar yang semakin luas tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan Kobar juga menjadi salah satu daya tarik mengapa Ia dan sejumlah petani lain kini memilih bertanam semangka dan melon.
”Waktu tanam yang relatif pendek dan hasilnya cukup memuaskan menjadi daya tarik untuk bertani buah semangka dan melon ini,” katanya.
Ia juga tidak menampik bahwa saat ini petani yang menanam buah semangka dan melon sudah mulai meningkat. Namun perbedan pengolahan dan perawatan serta pemberian pupuk akan sangat berpengaruh dengan hasil panen yang akan dipetik oleh petani.
”Tiap petani memiliki resep tersendiri untuk menghasilkan buah yang segar dan manis. Dan itu menjadi salah satu strategi dalam menjaring pembeli baik pembeli pengepul maupun pembeli biasa,” katanya.
Menjelang Ramadan harga dua jenis buah tersebut memang masih stabil, namun saat Ramadan tiba pihaknya yakin bahwa harga akan naik hingga 50 persen. (sla/yit)