Setelah mengunjungi Kaleka Tajahan Bandar, ekspedisi di Hulu Sungai Kahayan kembali dilanjutkan. Kali ini peserta harus melintasi riam yang ekstrem.
============================
ARHAM SAID, Kuala Kurun
MEMASUKI hari terakhir perjalanan ekspedisi di Hulu Sungai Kahayan, perasaan lelah dan letih menyergap seluruh peserta. Namun, semangat untuk menyelesaikan ekspedisi tidak pernah surut.
Selasa (8/11), sekitar pukul 08.30 WIB, peserta melanjutkan Susur Sungai Kahayan dengan melewati riam ganas yang cocok untuk arum jeram, dari Dusun Sokon menuju Desa Tumbang Mahoroi, Kecamatan Damang Batu.
Panitia mempersiapkan 16 kelotok (perahu mesin, Red). Satu kelotok diisi hanya empat orang, terdiri dari dua peserta, motoris, dan satu pemandu. Berbeda dengan riam menuju Kaleka dan Situs Tumbang Dangoi, Untuk susur sungai menuju ke Desa Tumbang Mahoroi, ada tiga riam yang terkenal ganas, yakni Riam Hiran, Riam Bambu Riang, Riam Sambajad.
Pukul 09.00 WIB, dengan menggunakan pelampung, peserta yang dipimpin Bupati Gunung Mas (Gumas) Arton S Dohong, berangkat menggunakan kelotok yang disediakan. Sekitar 20 menit berlalu, perahu yang ditumpangi peserta langsung dihadapkan riam ganas.
Arus sungai yang deras dan dipenuhi bebatuan besar, membuat peserta yang berada di dalam kelotok harus turun dan berjalan kaki melewati pinggir sungai. Ini dilakukan untuk menjamin keselamatan peserta dan kelotok bisa melintasi riam tersebut dengan aman dan selamat.
”Untuk melintasi riam, harus dengan motoris yang sudah terlatih. Pasalnya, apabila salah mengambil jalan, bisa dipastikan perahu tersebut akan terbalik atau karam. Di riam tersebut sudah banyak kelotok yang terbalik dan karam,” kata warga Dusun Sokon, Nita (45) Senin (7/11) malam.
Satu per satu kelotok melintasi riam tersebut dengan selamat. Akan tetapi, karena salah mengambil jalur, salah satu kelotok yang ditumpangi Kepala SKPD terbalik dan karam. Beruntung, peserta yang berada di atas kelotok tersebut sudah turun. Hanya saja, barang hanyut terbawa derasnya arus Sungai Kahayan.
”Dari Dusun Sokon menuju ke Desa Tumbang Mahoroi, Kecamatan Damang Batu, bisa ditempuh selama dua jam, dengan menggunakan kelotok,” kata Nita.
Selain wisata arum jeram, lanjut Nita, peserta juga akan disuguhi destinasi wisata Batu Panawah (batu yang tidak memiliki rasa/tawar). Konon, apabila meminum air di sekitar Batu Patawah, penyakit apa pun bisa sembuh dan membuat sifat manusia jauh dari iri hati. Tak terlalu jauh dari situ, juga terdapat telaga yang konon merupakan tempat binatang untuk minum.
”Di areal Batu Panawah sudah banyak orang dari luar yang mengambil air di sini,” ujar Nita.
Dua jam berlalu, sekitar pukul 11.00 WIB, seluruh peserta sampai di Desa Tumbang Mahoroi, Kecamatan Damang Batu. Mereka disambut masyarakat sekitar. Usai istirahat dan makan siang, pukul 13.00 WIB, dengan menggunakan kendaraan roda empat, seluruh peserta kembali ke Kota Kuala Kurun. Ekspedisi panjang dan melelahkan itu berakhir.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Gumas Yokdie mengatakan, selama ekspedisi di Hulu Sungai Kahayan, pihaknya ingin menemukan destinasi wisata baru untuk Gumas. Daerah Hulu Kahayan merupakan lokasi destinasi wisata yang memiliki kawasan situs budaya yang belum terjangkau dan wisata air yang cukup representatif untuk wisatawan yang menyukai arum jeram.
”Bupati Gumas sudah mengarahkan kepada Disbudparpora Gumas, agar melihat lagi satu destinasi wisata baru, sehingga kami anggap dan pilih di Hulu Sungai Kahayan sangat layak untuk dijadikan suatu destinasi wisata baru,” tuturnya.
Selanjutnya, Disbudparpora juga berterima kasih kepada Bupati Gumas yang secara pribadi hadir, konsisten, dan eksis dengan program pariwisata. ”Ke depan kita berharap dukungan dari semua pihak, baik dari Pemprov Kalteng maupun pemerintah pusat dan siapa saja, untuk memajukan destinasi wisata di Gumas,” ujarnya.
Dari sisi pariwisata, katanya, secara keseluruhan selama ekspedisi ini ada wisata tracking, situs budaya, dan susur sungai yang cukup representatif, meskipun jarak antara Kota Kuala Kurun menuju lokasi cukup jauh. Untuk itu, para wisatawan yang ingin mendapatkan tantangan, bisa menjelajah tempat itu. Selain itu, investor yang ingin mengembangkan destinasi wisata Gumas, Disbudparpora Gumas sebagai Leading Sector selalu terbuka.
”Kami selalu terbuka dan itulah harapan kami ke depan agar di daerah Hulu Sungai Kahayan betul-betul dijadikan destinasi wisata andalan dan bermanfaat untuk semua orang, masyarakat, pemerintah, dan siapa saja,” imbuhnya.
Selama ekspedisi, tambah dia, pihaknya melibatkan travel agent dari Pulau Dewata, Bali. Itu agar wisata di Gumas bisa seperti di Bali yang merupakan pintu wisatawan mancanegara. Untuk proses selanjutnya, akan dilakukan tahun depan.
”Mereka ini nanti yang akan mempromosikan kembali dan mengajak wisatawan asing dan lokal untuk datang kesini (Gumas, Red),” pungkasnya. (***/ign)