Berbagai inovasi dan ide kreatif dituangkan Arief Gunawan untuk mengubah wajah luar dan dalam Lapas Klas IIB Pangkalan Bun. Baru menjabat delapan bulan, dia memolesnya menjadi lebih berwarna. Arief tak segan turun menyusuri sungai dan hutan sekadar mencari akar kayu untuk diolah menjadi furniture bernilai tinggi.
JOKO HARDYONO, Pangkalan Bun
Usianya sudah melewati setengah abad; 52 tahun. Tapi, Arief Gunawan tetap berkreasi dan melakukan pembinaan di Klas IIB Pangkalan Bun.
Di awal menjabat sebagai Lapas Klas IIB Pangkalan Bun, Arief mendapat masukan dari mantan Warga Binaan Permasyarakatan (WBP), media massa, dan keluhan dari WBP Lapas terkait adanya uang angin-angin. Setelah mengumpulkan 540 WBP, Arief kemudian memberikan hak-hak, kewajiban, dan larangan WBP.
”Dalam pertemuan itu, yang dihadiri semua WBP dan pejabat struktural, saya berikan nomor handphone saya supaya keluarganya bisa SMS dan mendapatkan beberapa masukan," ungkapnya.
Setelah mendapatkan beberapa masukan, ia kemudian menganalisa, termasuk menanyakan kebenaran adanya uang angin-angin. Ternyata benar. Mulai dari uang angin-angin, hingga pungli air minum.
”Tapi Alhamdulillah dengan rasa kebersamaan, semua itu bisa dihilangkan. Bahkan saya sering sosialisasi dan temu muka dengan pengunjung di ruang kunjungan sambil bagikan selebaran imbauan yang isinya tidak membawa barang terlarang," katanya.
Terkait Bidang Pembinaan, Arief kemudian membentuk Pramuka yang beranggotakan 30 orang. Terdiri dari WBP anak-anak dan pemuda. Kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kobar dan dibantu KPLP.
”Dan itu satu-satunya Pramuka WBP yang ada di Kalimantan Tengah. Saya punya ambisi Pramuka WBP sini bisa mewakili Kalteng untuk ikut jambore khusus napi di Cibubur," ucap Arief.
Untuk memudahkan WBP dan keluarga yang berkunjung melihat sisa masa tahanan, Arief kemudian membuat sistem sidik jari. Alat tersebut bisa menampilkan biodata tahanan, masa tahanan, dan sisa masa tahanan. Dipasang di ruang kunjungan.
Kebersihan di Lapas Klas IIB Pangkalan Bun menjadi nomor satu. Setiap hari diingatkan untuk menjaga kebersihan. Selain itu, Arief juga membentuk Tim Saber Puntung yang beranggotakan lima WBP. Tugasnya membersihkan sisa puntung rokok di setiap sudut Lapas.
Saat peringatan dalam rangka Dharma Karya Dhika 30 Oktober 2016, mengadakan potong tumpeng dan makan bersama seluruh WBP, Dharma Wanita, dan Petugas Lapas yang jumlah total mencapai 600 orang. Makan bersama menggunakan daun pisang. Setelah itu dilanjutkan penandatanganan Halinar yakni anti handphone, pungli, dan narkoba. Seluruh WBP dan pegawai Lapas tanda tangan di banner ukuran besar.
”Masih ada hal yang tidak kita inginkan sering muncul akibat ulah oknum, namun kita maju terus supaya mereka ada beban mental jadi baik. Kalau mereka tidak mengikuti saya akan terlihat, akan tersingkir. Biar bagaimanapun lokomotif saya harus jalan, jadwal harus jalan," ujarnya.
Kalapas juga mengaktifkan pengajian tadarusan di bulan puasa yang diikuti oleh 30 orang setiap hari. Sedangkan untuk shalat tarawih diikuti 300 orang lebih. Semua blok dibuka antusias untuk ke masjid. Dalam segi keagamaan juga memiliki grup hadrah, karena ada satu WBP yang bisa hadrah dan mengajarkan kepada yang lainnya.
Kegiatan di dalam Lapas tidak seseram yang dipikirkan masyarakat. Sebab berbagai aktivitas dan kreativitas dapat tersalurkan oleh WBP di Lapas Klas IIB Pangkalan Bun. Seperti halnya setiap hari melakukan senam pagi, WBP perempuan diajarkan untuk tarian tradisional.
Layaknya masyarakat biasa, WBP Lapas juga berkebun. Lapas memiliki beranda, ruang yang cukup luas tidak terpakai difungsikan sebagai bidang pertanian, peternakan, dan budidaya ikan. Dengan menanam komoditas holtikultura, WBP dan pegawai dapat menikmati hasilnya, seperti cabai, pisang, dan lainnya.
Lapas Pangkalan Bun juga memiliki dinding yang dicat warna warni dan tidak ada di Lapas Kalteng lainnya. Di beberapa tempat strategis dan bak sampah juga dilukis semenarik mungkin. Sebab, Lapas memiliki WBP yang handal dalam melukis untuk mempercantik tampilan. Pelukis tersebut juga sering menggambar tokoh pejabat untuk kemudian dilelang.
”Semua warna ada di sini. Saya cat supaya pandangan kita di sini tidak putih. Kita buat begitu supaya ada rasa beda, dan itu saya izinkan juga cat warna warni di setiap blok. Pas Pak Kanwil datang ke sini, dia bilang ini adalah Lapas terindah, saya sudah keliling ini yang paling indah, kalau sudah nyaman dan bersih, tinggal di sini itu WBP tidak berpikiran yang aneh-aneh," tuturnya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Namun, pada waktu itu Lapas terkendala dengan air. Kebutuhan yang sangat diperlukan untuk sehari-hari tersebut sangat kurang, untungnya ada sumbangan tiga unit pompa air dari Wakil Bupati Sukamara, ditambah mesin bor.
”Hamba Allah juga menyumbangkan untuk masjid, bahkan selalu kurang air, dan masjid bagus airnya, kita alirkan ke setiap blok," ujar Arief.
Kendala lain juga adalah mobil dinas yang sudah tidak layak pakai, seharusnya sudah waktunya dilelang. Lapas juga terkendala dengan mesin genset. Penuhnya penghuni Lapas yang jumlahnya saat ini mencapai 555 WBP rencananya akan teratasi dengan adanya pembangunan Lapas Klas III Sukamara.
Untuk menciptakan karya dan tenaga kerja kerajinan tangan, berbagai kerajinan telah digeluti WBP. Di antaranya kerajinan tempurung kelapa, tudung saji khas Kobar, pembuatan cermin hias, miniatur kapal, kursi dan bangku dari akar dan kayu natural.
”Kita mencari sendiri kayu akar ke sungai dan hutan di daerah Sukamara hingga tiga jam perjalanan. Kita buat di sini hingga menjadi meja bernilai tinggi. Selain itu saya tertarik dengan tudung saji karena pengerajinnya hampir punah, sedangkan itu adalah kearifan lokal di Pangkalan Bun," sebut dia.
Pihak Lapas juga terkendala dengan sangat kurangnya jumlah pegawai. Namun, dalam waktu dekat ini Polres Kobar akan membantu pemeriksaan oleh Sabhara dan Polwan. Kapolres juga akan membantu pengamanan dalam bentuk Patroli Sambang di jam rawan baik sore maupun malam hari.
”Dengan SDM yang pas-pasan, hanya 42 orang, mereka bekerja dengan baik. Tinggal kita bagaimana memberikan motivasi dan visi misi kita. Saya ingin ke depannya Lapas Pangkalan Bun ini menjadi UPT yang terbaik di Kalteng khususnya, karena menjadi penilaian terbaik dari segi apapun. Tapi ini tidak terlepas dari Pak Kanwil Agus Purwanto dan Kadiv Pemasyarakatan Antonius, selalu membina saya dan memberikan motivasi saya menjadi lebih baik. Tidak terlepas semua campur tangan dari Allah melalui beliau-beliau ini," ucap Arief dengan optimisme luar biasa. (***/soc)