PANGKALAN BUN-Persaingan usaha jasa transportasi darat di Kabupaten Kobar semakin ketat. Bak cendawan di musim hujan, jasa transportasi semacam travel banyak bermunculan. Hadirnya perusahaan otobus dengan segala fasilitas dan ongkos yang kian murah juga membuat persaingan semakin keras. Di udara, maskapai penerbangan juga mulai menggarap rute-rute pendek, seperti Pangkalan Bun-Sampit-Palangka Raya.
Iwan, Kepala Kantor Perwakilan Sumerta Travel Pangkalan Bun, mengakui persaingan jasa angkutan antarkota dalam provinsi maupun antarkota antarprovinsi kian ketat. Di darat mereka seakan saling menghimpit. Dari udara juga siap mencekik.
”Jasa angkutan penumpang saat ini persaingannya makin ketat. Banyak muncul travel-travel baru dengan unit (kendaraan) keluaran terbaru,” ujarnya, Rabu (16/8) pagi.
Sebagai pemain lama dalam bisnis transportasi, Sumerta telah menerapkan berbagai upaya agar penumpang tetap setia. Selain memiliki nama besar, kualitas pelayanan juga dijaga.
”Kita memiliki armada dan juga anggota yang cukup banyak. Di sisi lain, semua juga sudah tahu jaminan kualitas pelayanan kita,” katanya.
Dia juga mengatakan, saat ini pesaing terberat bukan berasal dari sesama travel ataupun perusahaan otobus. Pesaing terberat berasal dari penerbangan yang melayani jalur Pangkalan Bun-Sampit-Palangka Raya.
”Kalau sesama transportasi darat (travel dan bus) sejak dari dulu memang bersaing. Namun itu tinggal jeli-jelinya kita menangkap peluang. Kalau ini dengan pesawat, kita cukup terasa dampaknya, penurunan hingga 30 persen,” ungkapnya.
Hal serupa juga dikatakan Wanto, pengurus usaha angkutan Wijaya Travel. Dia mengakui bahwa hadirnya angkutan udara yang mulai beroperasi awal Agustus ini dan sedang gencar melakukan promo membuat usahanya menurun drastis.
”Biasanya kita mampu lima kali berangkat, sekarang dapat tiga saja sudah lumayan. Sangat terasa sekitar dua minggu ini,” katanya.
Ia membandingkan, saat ini ongkos travel Pangkalan Bun-Palangka Raya dipatok sekitar Rp 220 ribu per orang. Sedangkan harga tiket pesawat promo sekitar Rp 294 ribu.
”Selisihnya tidak sampai Rp 100 ribu, jelas penumpang pilih naik pesawat,” jelasnya.
Kalaupun penumpang tidak mendapatkan tiket promo, calon penumpang bisa mendapatkan tiket pesawat dengan harga Rp 360 ribu. Selain itu kemampuan angkut pesawat juga mencapai 70 orang.
”Mereka diuntungkan dengan cepatnya waktu tempuh. Travel bisa mati secara perlahan. Harapan kita nanti hanya sebatas pada penumpang jarak dekat,” katanya.
Meski demikian, Wanto tetap optimis karena travel memiliki keunggulan bisa berhenti dan mengantar penumpang sampai di depan pintu rumah pelanggan.
”Tapi kita tetap optimis, karena rezeki sudah ada yang atur. Travel masih unggul di kemampuan antar hingga ke rumah, dan harganyapun tetap,” tambahnya.
Tidak hanya pemilik travel, dampak persaingan ketat jasa transportasi juga dirasakan perusahaan otobus (PO).
Yossi, salah satu petugas ticketing Bus Logos di kantor Pangkalan Bun mengatakan, untuk persaingan transportasi darat dinilai makin sengit. Selain sesama perusahaan otobus juga dengan travel-travel baru yang makin banyak bermunculan. Kemudian adanya angkutan liar yang tidak memiliki badan usaha resmi.
”Cukup terasa, kalau persaingan sesama PO itu memang tak terhindarkan dan kita anggap itu biasa. Tapi kalau dengan mobil-mobil taksi liar yang main angkut penumpang dan mereka tidak memiliki izin usaha, itu juga berpengaruh,”terangnya.
Saat ini, masyarakat Kobar sudah banyak yang memiliki kendaraan pribadi, sehingga meninggalkan angkutan umum.
”Memiliki mobil juga makin mudah dan murah, jadi mereka mulai beralih dan tidak lagi pakai bus,”katanya.
Untuk saat ini dampak yang dirasakan ketika hari-hari biasa. Namun untuk suasana liburan dan hari raya belum mengalami perubahan.
”Kalau untuk penumpang liburan dan hari raya kita masih mampu penuh. Namun untuk hari-hari biasa ini yang cukup terasa, apalagi dengan hadirnya pesawat,” pungkasnya. (sla/yit)