PALANGKA RAYA - Pada tahun 2019, peluang dan tantangan industri jasa keuangan semakin besar di Kalteng, walau pun secara umum stabilitas makro ekonomi masih terjaga dari sisi permodalan, likuiditas dan tingkat risiko. Hal itu terungkap ketika OJK menggelar Diseminasi kebijakan strategis OJK tahun 2019, Selasa (12/3).
Ekonomi Kalteng, berdasarkan Badan Pusat Statistik provinsi Kalteng, bahwa pertumbuhan ekonomi nya tumbuh 5,64persen pada tahun 2018, dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,17persen. Selain itu dengan tingkat inflasi tahun ke tahun yang tetap terjaga di posisi 4,52 persen pada Desember 2018.
Hal itu disampaikan Kepala OJK Kalteng, B Iwan Tri Handoyo, bahwa Industri Jasa Keuangan di Kalteng tergolong cukup banyak, baik dari jumlah maupun jenisnya, baik di sektor perbankan, pasar modal dan sektor industri jasa keuangan non bank, dengan jumlah LJK sebanyak 95 LJK, dengan 458 jaringan kantor di seluruh Kalteng.
Dipaparkannya, bahwa kinerja perbankan di Kalteng umum tumbuh positif. Yakni aset perbankan mengalami peningkatan sebesar 11,25persen pada Desember 2018, peningkatan total aset perbankan di Kalimantan Tengah lebih tinggi dari peningkatan aset perbankan Se Kalimantan yang hanya sebesar 9,07persen.
Tri Handoyo melanjutkan, secara komposisi berada pada urutan ke-4 dengan persentase 11,61persen, total aset perbankan Se Kalimantan berada di Kalteng. Lalu, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito tumbuh sebesar 12,71persen, dengan total DPK sebanyak Rp25,37 triliun dengan peningkatan tertinggi pada deposito yang berhasil dihimpun meningkat sebesar 33,17persen (yoy).
”Pertumbuhan kredit/pembiayaan Bank Umum dan Bank Umum Syariah secara year on year cukup tinggi sebesar 9,37persen pada Desember 2018 dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp26,83 triliun serta, dengan risiko kredit cukup terjaga tercermin dari rasio kredit bermasalah net (NP) sebesar 0,55persen,” paparnya.
Dikatakannya, penyaluran kredit di Kalteng didominasi kepada sektor produktif sebesar 54,39persen dari total penyaluran kredit. Menurut Tri, angka ini masih perlu ditingkatkan agar fungsi intermediasi sektor jasa keuangan dapat memperkuat sektor riil.
”Tiga wilayah terbesar penyaluran kredit di Kalimantan Tengah adalah Kota Palangka Raya (36,98persen),Kotawaringin Barat (24,31persen) dan Kotawaringin Timur (15,30persen). Kalau seluruh Kalimantan terdapat 668 jaringan kantor lembaga pembiayaan dengan 59 kantor berada di Kalteng,” bebernya.
Tri Handoyo menambahkan, dari sisi aspek pelayanan konsumen, Kantor OJK Kalteng, telah menindaklanjuti 136 pengaduan konsumen lembaga jasa keuangan dan melayani permohonan informasi data Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) sebanyak 583 permintaan, dengan tingkat penyelesaian 100persen.
”Kita juga melakukan pencegahan dan penanganan penawaran investasi illegal. OJK bersama satgas waspada investigasi mengadakan kegiatan edukasi, dengan topik terkait kewaspadaan terhadap penawaran investasi yang diduga illegal. Penawaran atau janji pelunasan hutang, serta penawaran pinjaman online illegal,” pungkasnya.(daq/gus)