PANGKALAN BUN- Cuaca buruk berupa hujan deras dan angin kencang beserta sambaran petir yang bertubi-tubi, nampaknya masih menghantui tiga wilayah kabupaten di pesisir barat Kalteng, dalam beberapa waktu ke depan.
Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi (Stamet) Iskandar Klas III Kotawaringin Barat, belum ada memprediksi cuaca buruk yang sudah menyebabkan banjir besar belakangan ini akan segera berakhir.
Prakirawan BMKG setempat Rangga Setya Pratama memaparkan, cuaca buruk (ekstrem) yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Lamandau dan Kabupaten Sukamara belakangan ini, terjadi akibat konvergensi angin (pertemuan angin) di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kalteng.
"Faktor terkini yg menyebabkan cuaca ekstrem di wilayah Kobar, Lamandau dan Sukamara adalah terjadinya konvergensi angin di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Kalteng. Hhal tersebut berarti, terjadi pertemuan massa udara (uap air) sehingga meningkatkan potensi terjadinya hujan yang lebih intens," ujarnya.
Dilanjutkannya pula, untuk fenomena cuaca buruk beberapa hari dan minggu terakhir ini cukup dipengaruhi oleh faktor cuaca skala global dan regional, yakni gelombang Rossby dan Maden Julien Oscilation.
Menurut Rangga, sebenarnya gelombang Rossby tersebut sudah ada sejak awal Juni 2020 lalu. Dan merupakan pergerakan massa udara dari wilayah tropis yang berupa udara yang bersifat hangat ke wilayah lintang tinggi (seperti Kutub Utara) dan juga menerima udara yang bersifat dingin dari wilayah lintang tinggi tersebut.
Sementara Maden Julien Oscilation (MJO) yang merupakan interaksi antara laut dan atmosfer di wilayah Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, dapat meningkatkan potensi hujan yang disertai petir.
Disebutkan Rangga, berdasarkan peta kerapatan sambaran petir padan Bulan Juni 2020 lalu, untuk wilayah Kobar, Lamandau dan Sukamara dinyatakan semakin merah, sehingga di wilayah merah tersebut semakin sering terjadi petir.
"Peta kerapatan petir menggambarkan rekapitulasi kejadian petir pada bulan Juni 2020 kemarin, sehingga bisa dilihat daerah mana yang sering terjadi petir, dan peta tersebut menggambarkan situasi yang sudah terjadi," bebernya.
Sementara itu, setelah banjir surut di Kabupaten Lamandau, sebanyak 21 Kepala Keluarga (KK)/72 jiwa yang sejak Sabtu (27/7) lalu mengungsi di Gedung Serbaguna Sembaga Mas akhirnya bisa pulang ke rumah masing-masing.
Bupati Lamandau H Hendra Lesmana didampingi Kepala Pelaksana BPBD, Kepala Dinas Kesehatan, Camat Bulik dan Lurah Nanga Bulik kemarin melepas puluhan warga tersebut dengan memberikan bantuan sembako kepada masing-masing kepala keluarga.
Saat berdialog dengan sejumlah pengungsi, Hendra menyampaikan pesan agar warganya itu senantiasa waspada dan mengawasi anak-anaknya agar jangan bermain di sungai, karena curah hujan di beberapa wilayah masih tinggi, dikhawatirkan dapat menimbulkan banjir kembali di daerah hulu Sungai Lamandau.
Diinformasikan pula, curah hujan di wilayah Kecamatan Delang masih tinggi, sehingga pada Kamis (2/7) jalan lintas Kalteng-Kalbar sempat terendam air dan masih tidak dapat dilalui. Namun update pagi hari kemarin (Jumat (3/7) jalan tersebut sudah dapat dilewati dan bantuan juga sudah dapat masuk ke beberapa desa.
Lurah Nanga Bulik Tania Pingkan mengatakan, hingga Jumat (3/7), kondisi banjir di wilayah kota Nanga Bulik telah surut dan rumah warga sudah dapat ditempati kembali.
Bahkan kemarin pagi, ratusan ASN bersama TNI/polri juga terjun langsung membantu pembersihan sisa-sisa banjir di wilayah kelurahan Nanga Bulik dan desa Kujan. (tyo/mex/gus)