PANGKALAN BUN – Pelaku wisata Kotawaringin Barat pesimis dengan Keputusan Direktur Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem terkait reaktivitas tahap III kawasan taman nasional, taman wisata alam, dan suaka marga satwa untuk kunjungan wisata alam dalam kondisi transisi akhir Covid-19.
Tanggapan itu muncul karena beberapa negara diantaranya termasuk penyumbang turis ke Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini dilarang berkunjung ke Indonesia akibat pandemi coronavirus disease atau Covid-19 yang terus mengalami peningkatan.
Menurut mereka walaupun taman nasional maupun taman wisata alam dibuka belum tentu bisa menarik wisawatan secara optimal. Terkait hal itu pelaku pariwisata di Kecamatan Kumai hanya berharap pada optimalisasi wisata susur Sungai Sekonyer saja.
Salah seorang pelaku wisata sekaligus pemilik biro perjalanan wisata, PT Borneo Hijau Persada, Ahmad Yani mengungkapkan rasa pesimisnya terhadap reaktivitas tahap III TNTP Tanjung Puting. "Saya sudah dengar keputusan Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan TNTP masuk dalam reaktivasi tahap III, namun kami sebagai pelaku wisata pesimis TNTP akan kembali normal," ujarnya, Rabu (23/9).
Menurutnya hal itu terjadi lantaran belum adanya kepastian TNTP dapat dikunjungi wisatawan asing karena border internasional belum dibuka, sementara untuk wisatawan domestik belum bisa diandalkan karena belum bisa mencukupi biaya operasional.
Ia mengungkapkan sampai saat ini SK Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem tersebut juga belum disosialisasikan dan belum tahap uji coba, informasi yang mereka peroleh saat ini, balai sedang melakukan penyusunan protokolnya.
"Meskipun TNTP dibuka, belum maksimal juga kunjungannya, mungkin kita baru sebatas susur sungai dan hanya sampai Tanjung Harapan dan cukup 1 hari saja," keluhnya.
Sejatinya pelaku pariwisata berharap bahwa pemilik kelotok wisata dapat segera diizinkan untuk susur sungai, namun balai belum menginstruksikan hal itu, padahal beberapa kelotok wisata yang sandar di dermaga sudah dalam keadaan memprihatinkan.
Ia menyebut kondisi pariwisata di Kobar berbeda dengan di Pulau Jawa karena cukup mengandalkan pasar lokal. Untuk itu, dengan matinya mata pencarian mereka maka pelaku wisata di TNTP Kumai saat ini banyak yang banting setir. Seperti dirinya yang beralih profesi sebagai pedagang online. "Kalau nanti dibuka, harapan saya lebih ketat dan penjagaan serta pengaturan kunjungan di lapangan, dan tentu harga juga akan berpengaruh," pungkasnya. (tyo/sla)