PANGKALAN BANTENG – Koperasi Karyawan Bangun Jaya PT Bangun Jaya Alam Permai (BJAP) I menggelar Pesta Karyawan dan Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) masa kerja tahun 2016, Minggu (19/2). Pembagian SHU dilakukan sebegai bentuk tanggung jawab pengurus koperasi dalam menjalankan usahanya selama satu tahun masa kerja.
Koperasi yang akhir tahun 2014 dan berjalan biasa di tahun 2015 itu, pada 2016 mampu membuat Koperasi berlari kencang dan mulai menghasilkan untuk 917 anggotanya. Bahkan, koperasi yang bergerak di bidang penyuplai kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari bagi pekerja perusahaan perkebunan kelapa sawit ini mampu membeli satu unit mobil box jenis L300 untuk operasional.
Ketua Koperasi Bangun Jaya PT BJAP I Muhammad Afif Rosyidi mengatakan, selama masa kerja tahun 2016, koperasi mengalami peningkatan signifikan. Tahun 2016 menjadi tahun perkembangan pesat. Modal awalnya hanya Rp 193 juta, sekarang sudah naik menjadi Rp 1 miliar lebih. Kemudian, simpanan anggota yang awalnya Rp 94 juta, langsung melonjak drastis mencapai Rp 759 juta.
”Ini berkat kerja sama semua. Koperasi mampu bergerak, berjalan dan kini mulai berlari meski pada awalnya penuh keterbatasan. SHU yang kita bagikan saat ini sekitar Rp 261 juta, setelah dipotong untuk zakat dan dana sosial,” ujarnya.
Untuk program kerja tahun ini, lanjutnya, koperasi akan meningkatkan pelayanan dengan kemudahan pembelian kebutuhan pokok. Dengan keberadaan mobil box yang dibeli koperasi dengan tunai itu, karyawan perusahaan yang tersebar di seluruh afdeling lingkup BJAP I bisa memanfaatkan sisitem list order. Barang yang dibutuhkan bisa dipesan melalui SMS atau telepon, kemudian barang diantar tanpa tambahan biaya lagi.
”Kita nanti ada sisitem list order, kemudian pembentukan kantin sehat dan usaha depo air galon isi ulang. Harganya pun kita berani sama dengan harga di pasar SP (Karang Mulya, Red),” ujarnya.
Selain itu, untuk pelayanan perbankan, koperasi juga telah bekerja sama dengan BRI untuk penempatan BRI Link di Koperasi Bangun Jaya. Dengan demikian, katanya, saat gajian, karyawan tidak perlu lagi mengantre di bank untuk kirim uang ke keluarga ataupun berjubel di kantor lembaga finance untuk membayar angsuran kredit motor.
”Jadi, nanti pekerja bila pergi keluar dari kebun, tujuannya hanya ingin hiburan (rekreasi), dan makan enak. Tidak perlu lagi keluar untuk antre ke bank atau lembaga finance, semua bisa dilayani di koperasi milik karyawan,” ujarnya.
General Manajer PT BJAP I Eko Suprihatin mengatakan, komitmen PT Bangun Jaya Alam Permai I (BJAP) dalam menyejahterakan pekerja tidak sebatas pemberian upah layak dan fasilitas lain yang menjadi hak mereka. Peningkatan kesejehteraan pekerja perkebunan kelapa sawit saat ini mulai dilakukan perusahaan melalui jalur koperasi, yang dalam sistem pengelolaan mengutamakan prinsip gotong royong.
”Tiga hal yang jadi komitmen perusahaan yakni sehat, sekolah dan sejahtera,” katanya.
Namun, menurutnya, untuk kesejahteraan pekerja, perusahaan tidak hanya akan berhenti pada pemberian upah layak. Pasalnya, makna sejahtera belum bisa dikatakan lebih baik bila karyawan belum bisa berdaya. Dengan demikian, bila segala kebutuhan pekerja telah terpenuhi dengan mudah dan murah dan mereka sejahtera, maka kinerja mereka dipastikan bisa lebih baik.
”Maka, dengan koperasi ini kita ingin memberdayakan mereka dan koperasi ini yang sangat cocok. Segala keperluan mereka terlayani oleh koperasi dan keuntungannya juga mereka nikmati sendiri,” katanya.
Dia menjelaskan, koperasi itu murni didanai karyawan untuk permodalan dan segala bentuk operasionalnya, sehingga segala macam keuntungan menjadi hak mereka. Kemudian, saat mereka pensiun, seluruh uang mereka yang masuk ke koperasi bisa diambil kembali.
Eko menambahkan, fokus utama koperasi dalam penyediaan kebutuhan pokok dan segala keperluan sehari-hari untuk pekerja, baik di lapangan maupun kantor, didasari survei yang matang. Survei dilakukan untuk menghitung selisih harga dan biaya yang dikeluarkan pekerja ketika mereka harus membeli kebutuhan pokok keluar wilayah perkebunan.
”Dari survei itu, dengan adanya koperasi, pekerja kita mampu berhemat hingga Rp 300 ribu hanya untuk membeli kebutuhan pokok untuk keluarga dengan dua orang anak. Belum lagi untuk kebutuhan lain, seperti rokok, parfum, pulsa, telepon, dan lain-lain. Maka, efisiensi akan lebih tinggi lagi,” jelasnya.
Pihaknya optimistis dengan perkembangan koperasi saat ini, bila pekerja mampu meningkatkan simpanan mereka ke depan, bukan hal yang mustahil koperasi mampu membantu pekerja untuk memiliki rumah dan tanah.
”Koperasi akan kita kembangkan lebih besar lagi. Sekarang anggota baru 917 orang. Akhir tahun 2017 ini nanti seluruh karyawan bisa menjadi anggota, sehingga pemberdayaan yang kita lakukan bisa lebih merata,” ujarnya.
Dibincangi terpisah, Wening, pekerja PT BJAP I mengatakan, dengan adanya koperasi, segala kebutuhan bisa terpenuhi. Tidak perlu lagi sering keluar. Harga dengan di pasar SP juga sama dan bisa hemat ongkos dan waktu.
”Harga jualnya sama dengan di pasar SP Karang Mulya. Apalagi bila dibandingkan dengan pedagang keliling. Meski di pedagang keliling bisa utang, selisih harganya lebih banyak,” katanya.
Pernyataan serupa dikatakan Sriyadi. Pekerja rawat kelapa sawit yang sudah 12 tahun bekerja di BJAP I ini mengatakan, baru tahun 2016 lalu dia dan keluarganya merasakan harga kebutuhan pokok bisa sama dengan harga di pasar. Dia mencontohkan, beras per karung isi 25 kilogram di koperasi dijual Rp 325 ribu, sedangkan pedagang keliling yang biasa masuk ke wilayah perusahaan menjual Rp 350 ribu dengan jenis beras yang sama.
”Intinya, kita bisa hemat karena harga lebih murah dan nanti saat kita sudah tak mampu lagi bekerja, uang kita bisa diambil semuanya. Keuntungan dibagi, uang kita juga aman,” katanya. (sla/ign)