SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PANGKALANBUN

Selasa, 17 Oktober 2017 13:57
Letda Iskandar Diabadikan sebagai Nama Bandara

Desa Sambi Menjadi Tempat Penerjunan Pertama Pasukan Khusus

BERSEJARAH: Monumen Palagan Sambi di Kecamatan Arut Utara.(RADAR PANGKALAN BUN)

Penerjunan pertama di Desa Sambi,  Kalimantan Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), 17 Oktober 1947, diabadikan sebagai hari lahirnya salah satu pasukan elite di tubuh TNI. Nama Bandara Iskandar Pangkalan Bun juga diambil dari salah satu penerjun.

JOKO HARDYONO,  Pangkalan Bun

 PERISTIWA 17 Oktober itu menjadi kebanggan rakyat Kalimantan. Salah satu pahlawannya, Letda Iskandar, diabadikan menjadi nama bandara dan pangkalan TNI AU. Pemerintah Kotawaringin Barat ikut mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut dengan membangun monumen Palagan Sambi. Pesawat pengedrop para penerjun pertama itu bisa disaksikan di kawasan Bundaran Pancasila Pangkalan Bun. Di Desa Sambi pun terdapat monumen perjuangan, di mana patung penerjun didirikan di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).

Komandan Pangkalan TNI AU Iskandar Pangkalan Bun Letkol Pnb Ade Fitra menyebut, makna dari Peristiwa 17 Oktober itu sejatinya bisa dikupas lebih luas lagi. Melihat para aktor yang terlibat di dalam peristiwa itu, sudah jelas putra-putra Kalimantan berperan besar. Salah satunya PM Noor dengan ide gilanya, Tjilik Riwut dan para penerjun dengan keberaniannya. Di tahun-tahun di mana sebagaian elite penguasa di daerah sedang digoda untuk kembali ke pangkuan Pemerintah Kolonial Belanda, para pejuang Kalimantan menunjukkan posisinya yang pro Republik. 

“Peristiwa ini juga menunjukkan perjuangan mempertahankan Indonesia tidak hanya terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera, dua wilayah yang diakui oleh Pemerintah Belanda kala itu sebagai Indonesia,” ujar Ade Fitra.

Selain menggambarkan bahwa perjuangan itu dibela para pahlawan lintas etnis, pulau dan agama, peristiwa 70 tahun yang lalu harus diakui sebagai momen bersatunya rakyat, TNI, dan sipil. Para prajurit yang terjun itu bukanlah tentara profesional seperti saat ini. Sebagian bahkan tidak memiliki pangkat sebagai tentara. Bahkan sebagian tidak pula melanjutkan karier kepangkatan gemilang di dunia militer, seperti yang dialami Imanuel Nuhan (93), yang saat ini masih hidup. 

Yang terpenting bagi mereka, hanyalah Indonesia merdeka. Peristiwa ini menunjukkan tanpa adanya rakyat dengan segenap keberanian dan pengorbanannya, tidak akan lahir TNI profesional seperti yang dibanggakan saat ini. 

Pemaknaan atas peristiwa itu tidak bisa dibalik secara sepihak. Kita tidak bisa mengandaikan tentara saat itu sebagai tentara profesional murni. Tentara saat itu dilahirkan oleh rakyat. Sulit memisahkan kata rakyat dan TNI dari perjuangan masa itu. 

Inilah poin terpentingnya, yang harus menjadi refleksi bersama atas peristiwa tersebut untuk hari ini. Mengingat masa lalunya, seharusnya jangan ada lagi egoisme institusi, apalagi mengatasnamakan TNI ketika terdapat persoalan yang terkait dengan kepentingan masyarakat, dan publik secara luas. TNI harus tetap berpikir dan bertindak dengan mengutamakan kepentingan rakyat!

Untuk mengenang jasa para pahlawan tersebut, Pangkalan TNI AU Iskandar Pangkalan Bun pada pagi ini melaksanakan napak tilas dengan menerjunkan 9 Pasukan Khusus, para penerjun direncanakan akan dilepas oleh Kepala Staf TNI AU (Kasau), Marsekal Hadi Tjahjanto, dari Lanud Adisutjipto di Yogyakarta, Selasa (17/10) dan akan terjun di Desa Sambi disaksikan langsung oleh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Kobar, Selasa (17/10) pagi. (yit)

 


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:10

57 Jamaah Calon Haji Diberangkatkan

<p>PANGKALAN BUN- Sebanyak 57 orang Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten Kotawaringin Barat…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers