Para pelajar berhasil mengolah sampah menjadi gaun indah. Pasalnya banyak yqng berhasil memukau dewan juri.
RINDUWAN, Pangkalan Bun
Fashion show kreasi baju daur ulang di aula Antakusuma pada hari kedua melombakan tingkat SMP dan SMA. Para peserta menggunakan sampah sebagai bahan baku gaun.
Merancang baju daur ulang ini bukan perkara mudah, karena membutuhkan waktu lama dalam pengumpulan bahan. Pembuatannya pun lebih rumit dibanding gaun dari kain.
Stephanie Elshadany Yamanto yang menjadi juara 1 kategori SMA mengusung tema gaun malam yang elegan. Gaun tersebut menggunakan bahan dari pelepah pisang yang terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan. Setelah itu dibuat motif segitiga dan dirancang untuk dijadikan bawahan. Kemudian bagian dada menggunakan bekas bungkus apel yang dibentuk menyerupai bunga. Hiasan di kepala menggunakan bunga dari kulit jagung. Kesan mewah begitu nampak saat diperagakan di atas panggung.
"Persiapan yang saya lakukan ini cukup lama. Untuk proses pengumpulan bahan sampai empat bulan bersama temen-teman di sekolah. Kemudian dirancang sendiri," kata Stephanie.
Dia menyatakan proses merancang gaun daur ulang lebih susah dan rumit karena bahannya mudah rusak. Perlu ketelitian dan kesabaran dalam merangkai pelepah pisang.
"Agak rumit, tapi berkat bantuan temen-temen bisa menjadi gaun yang bagus," ujar siswa SMA Negeri 3 Pangkalan Bun ini.
Dalam kompetisi lomba kreasi daur ulang ini, tidak hanya bajunya saja yang bagus. Namun dirinya harus percaya diri saat memperagakan di cat walk.
"Cara pembawaan harus lebih bagus, percaya diri dan membuat senyaman mungkin saat cat walk. Sehingga itu yang membuat saya bisa meraih juara satu. Saya merasa nyaman dalam memperagakan baju," jelas perempuan 168 centimeter ini.
Perempuan yang bercita-cita menjadi model ini mengaku senang bisa ikut fashion show yang digelar Dinas Lingkungan Hidup Kobar.
Sementara untuk Kategori SMP dimenangkan Aulia Dwi Syifayanti dari SMPN 7 Arut Selatan. Bahan baju yang ditampilkan banyak menggunakan bahan koran.
"Biasanya kalau dari koran itu dilipat menjadi kertas dan kemudian ditempel. Bagi saya dan temen-temen ingin membuat baju dari koran tapi tidak terlalu nampak korannya," katanya.
Koran dipotong-potong persegi panjang dan digulung. Setelah terkumpul lumayan banyak baru disusun satu persatu dan dikaitkan dengan lem pada rok yang juga dari barang bekas.
Untuk membuat mewah, harus dipasang besi agar bisa mekar dan jatuhnya bagus. Sedangkan detail di dada ini menggunakan plastik dan dibentuk berbagai macam untuk hiasan perut hingga dada.
Untuk menambah bagus ada kertas bekas kado yang berwarna emas sehingga ada yang mengkilap. Saat kena cahaya, warna emasnya menyala.
"Membuatnya butuh waktu dua minggu. Ini hasil kerjakeras saya bersama temen-temen dari yang mengumpulkan barang bekasnya dan dibuat setelah sepulang sekolah," bebernya.
Bupati Kobar Nurhidayah saat menutup Fashion Show Kreasi Baju Daur Ulang mengatakan, kreativitas para pelajar sangat tinggi. Sesuatu hal yang tidak terpikirkan bisa ditampilkan di fashion show tersebut.
"Saya harap para pelajar ini benar-benar memahami tujuan arti dari kegiatan ini. Selain untuk mencari peserta terbaik, juga mengampanyekan sadar terhadap sampah," katanya.
Sampah ini menjadi bagus di tangan pera pelajar yang kreatif. Meskipun masih harus dibimbing dari para guru ataupun orang tua.
"Ini sudah bagus dan ke depan harus kita tingkatkan lagi kepedulian terhadap sampah. Persoalan sampah ini terjadi dimana-mana. Karena itu harus jaga kebersihan dan sampah harus dikreasikan menjadi barang yang berguna," pungkasnya. (***/yit)