PANGKALAN BANTENG – Hasil panen padi para petani di Desa Berambai Makmur turun drastis. Hal itu disebabkan kandungan pirit (zat besi) dan keasaman tanah di sawah petani. Hal tersebut mengakibatkan petani merugi hingga jutaan rupiah.
Jika sebelumnya mampu menghasilkan rata-rata panen padi kering panen mencapai lima ton per hektar, kini areal persawahan yang dinilai paling baik pun dalam satu hektare hanya mampu menghasilkan 1 – 1,5 ton. Bahkan, tak sedikit petani yang mengalami gagal panen total alias tak menghasilkan apa pun.
”Kemarin panen, setelah kita giling menjadi beras hanya dapat 25 kilogram. Sawah jatah saya hanya sekitar setengah hektare. Ini musim tanam teburuk yang pernah terjadi,” kata Priyono, petani padi di desa tersebut, Jumat (25/3).
Priyono masih sedikit beruntung jika dibandingkan Warjo. Sawah miliknya yang berada dekat dengan pondok kelompok tani itu gagal panen total. Semua tanaman padi di areal persawahan miliknya tidak bisa dipanen.
”Padinya mati, yang tumbuh hanya rumput, sudah tidak bisa ditolong lagi. Akhirnya, musim tanam kali ini sama sekali tidak panen. Semoga di musim tanam selanjutnya pemerintah bisa memberikan bantuan dan pendampingan,” katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Sementara itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pangkalan Banteng Yatno mengatakan, lambatnya penanganan dan kurang efektifnya pendampingan kepada petani saat menangani masalah pirit dan asam menjadi penyebab gagal panen.
”Punya saya juga terkena imbasnya. Kerugian pasti diderita petani untuk musim tanam kali ini,” ujarnya.
Menurutnya, permasalahn pirit dan asam memang harus ditanggapi serius oleh pemerintah. Sebab, jika tidak ada bantuan atau pendampingan yang intensif dari petugas penyuluh dan pengawas hama, gagal panen bisa terus berulang.
”Ada juga yang sempat bertahan dan bisa dipanen, namun batang padinya terserang potong leher. Akhirnya bulir padi kosong (gabung). Kelihatannya panen, tapi saat dikeringkan dan digiling hasil berasnya sedikit,” jelasnya.
Terpisah, Bupati Kobar, Bambang Purwanto mengatakan, kejadian di Berambai Makmur juga menimpa di daerah Kumpai Batu. Pihaknya sedang melakukan evaluasi bersama KP2KP dan Distanak untuk mencari solusi terkait masalah pirit dan juga kandungan asam di areal persawahan.
”Kita sedang evaluasi ini dan kita akan perbaiki pola pendampingan dan juga sistem kerja PPL di lapangan, sehingga para petani bisa terbantu dengan keberadaan PPL di lapangan,” tandasnya. (sla/ign)