PANGKALAN BUN- Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) tahun ini akan fokus membudidayakan udang Vannamei atau dikenal masyarakat sebagai udang putih. Budidaya udang ini dinilai sangat menjanjikan dalam menyokong perekonomian masyarakat.
Bahkan untuk memuluskan pengembangan budi daya udang tersebut, setiap desa di Kobar bakal mendapatkan suntikan dana sebesar Rp 550 juta per satu hektare yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
Kepala Dinas Perikanan Kobar Rusliansyah menjelaskan, pusat budi daya udang tersebut nantinya berada di Desa Sungai Bakau dan Desa Sungai Ratik Kecamatan Kumai. ”Dengan DAK terbatas tersebut, maka akan dilanjutkan secara bertahap dan akan menjadi percontohan masyarakat untuk beralih menjadi petani udang Vannamei. Di Jawa sudah banyak yang mengembangkan dan hasilnya sangat menjanjikan,” imbuhnya.
Lebih lanjut dijelaskan, budi daya udang ini dilakukan dengan menggunakan metode budaya udang skala mini empang plastik (Busmetik). Penggunakan motode busmetik ini dinilai lebih murah, dan efesien, karena tidak tergantung dengan alam. Sehingga udang ini lebih cepat panen.
"Budi daya udang vannamei dengan menggunakan teknologi busmetik, akan lebih efesien dalam pemberian pakannya. Selain itu masa panennya akan lebih singkat, yaitu tiga kali dalam setahun. Hasil udangnya pun lebih banyak dan berkualitas," terang Rusliansyah.
Dilanjutkannya, dalam budidaya udang ini, teknologinya menggunakan kincir air, sehingga ada arus dan tidak tergantung dengan alam, dan masyarakat lebih mudah melakukan budi daya udang ini.
"Tambak itu akan menggunakan plastik khusus, sebagai median dinding dan lantai untuk menampung air tambak," tambah Rusliansyah.
Dikatakannya pula, budi daya udang Vannamei ini menggunakan air payau, dan dalam satu tambak mampu menampung bibit puluhan ribu ekor, sehingga menurutnya pengembangan udang ini akan menjadi percontohan bagi masyarakat.
"Jadi kita berikan contoh dulu. Nantinya masyarakat ketika sudah melihat hasilnya bisa terus menyebar pengembangannya. Karena kalau mengandalkan udang dari laut, tentu susah dan tidak menentu. Hal ini kadang yang membuat harga udang di pasaran terus bertahan tinggi," pungkas Rusliansyah.
Ditambahkannya, mengenai pemasan udang ini hal itu tidak menjadi masalah, karena di Kobar tingkat konsumsi udang juga tinggi. Kemudian lanjutnya, di Surabaya sudah siap menampung. Dan di Kalteng, menurutnya baru Kobar yang pertama kali menerapkan metode ini. (rin/gus)