PANGKALAN BUN – Sejumlah narapidana atau sekarang dikenal dengan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Pangkalan Bun membuat heboh para pengunjung Kobar Expo. Penampilan menawannya mampu membius pecinta musik tradisional yang ikut berjubel menghadiri acara rutin tahunan itu, Senin (7/10) malam.
Alunan musik etnik itu mengalir dari sejumlah alat tradisional. Angklung menjadi perangkat dominan dalam gelaran malam itu. Alat musik angklung yang terbuat dari bambu tersebut juga cukup special karena tidak semua orang bisa memainkannya. Namun ditangan para pesakitan dari berbagai kasus pidana itu angklung dapat dapat mereka mainkan dengan baik dan mampu menciptakan harmoni indah ketika dikolaborasikan dengan musik dangdut koplo.
Suasana di stand Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Pangkalan Bun berubah ceria, kesan seram langsung sirna.
Ada beberapa penonton yang sesekali ikut bergoyang ketika irama koplo yang sedikit menghentak itu dimainkan. Dan makin memeriahkan suasana malam di gelaran Kobar Expo 2019.
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Pangkalan Bun, Kusnan menyampaikan bahwa penampilan warga binaan pemasyarakatan di arena Kobar Expo 2019 bukanlah yang pertama, tahun sebelumnya mereka juga ikut meramaikan event tahunan Pemkab Kobar tersebut.
Ia mengungkapkan, musik angklung yang dimainkan tersebut merupakan buah karya dari WBP Lapas Klas IIB Pangkalan Bun dengan memanfaatkan barang - barang limbah (daur ulang).
“Musik angklung ini terbuat dari bahan - bahan daur ulang, misalkan drum bekas dibuat bas, sisa pipa paralon dibuat gendang, botol minuman ringan untuk alat musik rythem (pengiring) dan takdud dari botol bekas,” ungkapnya.
Menurutnya dengan dominasi barang - barang limbah, praktis dari keseluruhan alat musik tersebut hanya angklungnya yang didatangkan dari Jawa, dan dirakit oleh WBP.
Ia menjelaskan, sejatinya WBP Klas IIB Pangkalan Bun tidak hanya piawai memainkan alat musik, tetapi juga banyak hasil karya bernilai seni tinggi yang mampu mereka hasilkan. Seperti piring rotan, pot bunga rotan, topi, gantungan kunci, lukisan kaca, lukisan kanvas, miniatur kaca, mandau bertangkai tanduk rusa, dan tongkat naga.
“Juga ada kuliner seperti amplang, keripik pisang, dan berbagai hasil karya WBP yang dihasilkan di dalam lapas,” ungkapnya.
Sementara itu, salah seorang warga yang sedang asyik menikmati musik angklung dari para Napi itu, mengungkapkan kekagumannya terhadap karya seni, dan pembinaan yang dilakukan di dalam Lapas.
“Saya sempat tidak percaya mereka adalah para tahanan dari berbagai kasus pidana, benar-benar luar biasa mereka dapat dibentuk sedemikian rupa,” pungkasnya.(tyo/sla)