SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PANGKALANBUN

Kamis, 11 Mei 2017 14:53
ARRRRCGHHH!!! Pasir Mahal, Sektor Bangunan Terpukul
TERJEPIT: Pengusaha batako tertekan kenaikan harga pasir. Salah satu pekerja UMKM batako milik Suwoto di Karang Mulya Pangkalan Banteng saat membuat batako secara manual.(SLAMET HARMOKO/ RADAR PANGKALAN BUN)

PANGKALAN BANTENG – Harga pasir atau galian C kini semakin mahal. Pasir di Pangkalan Bun yang awalnya hanya Rp 350 ribu per truk, kini mencapai Rp 500 ribu. Sementara harga pasir di wilayah Sungai Rangit berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 700 ribu per truk, padahal  awalnya hanya harga Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu. Sedangkan di Pangkalan Lada ada mencapai Rp 800 ribu.

Mahalnya harga disebabkan sulitnya mendapatkan pasir usai penertiban perizinan. Sejumlah warga mulai mengeluhkan harga tersebut. Suka tidak suka, warga tetap membeli karena pasir menjadi kebutuhan dasar dalam membangun rumah atau pertokoan.

”Sekarang malah harganya, untung masih ada, kemarin sempat kesulitan mencari pasir,” kata warga Sungai Rangit yang sedang membangun pagar rumah.

Salah seorang sopir truk pengangkut pasir mengaku mahalnya pasir karena pemilik lokasi tambang memasang harga Rp 150 ribu. ”Kalau dulu sebelum dilarang dan ketat seperti sekarang ini, di Kota Pangkalan Bun hanya Rp 350 Ribu ada juga yang Rp 400 ribu sekarang jadi Rp 500 ribu,” ungkap Agus.

Sengkarut galian C  tidak hanya dirasakan oleh sopir truk, tapi juga para produsen batako dan pemborong proyek bangunan. Kelangkaan pasir dan kenaikan harga secara tiba-tiba membuat mereka harus memutar otak agar usaha tak merugi.

Suwoto, salah satu pengusaha batako di Karang Mulya, Pangkalan Banteng, mengaku bahwa pasir sulit didapat. Kalaupun ada harus pesan terlebih dahulu dan tidak bisa hari itu juga dikirim.

”Dulu pesan pagi, paling siang sudah dikirim. Tapi sekarang harus nunggu dulu, kadang sampai dua hari. Bisa dibilang sulit cari pasir,” katanya, Rabu (10/5) siang.

Selain itu harga yang makin mahal juga menjadi beban tambahan agar usahanya tetap terus berjalan. Harga pasir saat ini mencapai Rp 800 ribu per truk, dan kenaikan harga itu sudah terjadi hampir satu bulan ini.

”Sebelumnya Rp 650 ribu – Rp 700 ribu, sekarang mencapai Rp 800 ribu. Itu dikirimnya dari bawah sana (wilayah Pangkalan Bun dan sekitarnya),” ungkapnya.

Ia menjelaskan, kenaikan harga pasir itu hanya terjadi untuk jenis pasir putih (pasir darat). Untuk pasir coklat harga tetap stabil di kisaran Rp 600 ribu.

”Selain pasir putih kita juga gunakan pasir coklat itu, harganya stabil karena itu dikirim dari Seruyan,” kata pengusaha yang sudah tujuh tahun bergelut dengan cetak-mencetak batako ini.

Suwoto juga menuturkan bahwa dalam pembuatan batako keberadaan pasir putih yang bertekstur lebih halus sangatlah penting. Pasir putih berfungsi sebagai pengikat dengan campuran semen dan pasir coklat.

”Kalau hanya pakai pasir coklat saja sebenarnya bisa, tapi ketahanannya kurang. Batako mudah patah. Karena daya lekat atau ikatanya antar campuran berkurang,” jelas bapak berkumis tebal ini.

Memiliki tujuh karyawan, kali ini Suwoto harus memutar otak lebih keras. Meski tak menyebutkan berapa campuran pas untuk batako produksinya, dia meyakinkan bahwa kualitas tetap dijaga, dengan konsekuensi keuntungan yang menipis.

”Campuran tetap sama, enggak berani main-main. Nanti ditinggal pelanggan, malah saya yang susah sendiri,” tandasnya.

Pernyataan serupa juga dikatakan Slamet Suranti, produsen batako asal Sungai Hijau. Ancaman penurunan keuntungan hingga gulung tikar bisa terjadi bila kelangkaan pasir putih terus terjadi.

”Kalau harga di tempat kami saat ini sampai Rp 900 ribu per truk,” katanya.

Ia mengakui bahwa jarak pengiriman yang jauh memang berpengaruh dengan harga. Namun kenaikan kali ini dirasa cukup memberatkan. Ia berharap pemerintah bisa segera mencarikan solusi terkait masalah pasir ini.

”Ini sebentar lagi stok pasir habis, kalau harga tinggi dan langka bisa gulung tikar saya. Maunya sih segera ada jalan tengah agar masalah ini tidak terus berlanjut,” katanya.

Tidak hanya pengusaha batako, pemborong bangunan juga ikut terkena dampaknya, M Zaini salah satunya. Pemborong bangunan perumahaan ini juga mengeluhkan kelangkaan pasir, terutama pasir putih.

”Pasir putih sulit didapat, bangunan yang saya kerjakan sebagian besar untuk bahan bangunannya saya sediakan sendiri,” katanya.

Ia menuturkan, keberadaan pasir putih sangat penting, tidak hanya sebagai bahan campuran untuk merekatkan sambungan antar batako dan juga untuk cor beton saja. Pasir putih sangat dibutuhkan untuk plester tembok dan lantai.

”Untuk plester lantai campuran pasir putihnya yang halus itu sedikit saja tidak masalah, tapi kalau untuk plesteran di tembok sebisa mungkin pasir putihnya lebih banyak agar lebih melekat dan tidak mudah pecah atau retak,” katanya.

Saat ini berapapun harga pasir putih tetap harus dibeli, karena memang dibutuhkan dalam proyek pembangunan. ”Adanya harga segitu ya mau bagaimana lagi. Semoga harga pasir bisa kembali normal,” harapnya. (sam/sla/yit)

 


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:10

57 Jamaah Calon Haji Diberangkatkan

<p>PANGKALAN BUN- Sebanyak 57 orang Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten Kotawaringin Barat…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers